Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Etika Bepergian untuk Menunaikan Haji
Sabtu, 03 April 04

Tanya :

Kami sangat merasa bahagia jika tuan guru (syaikh) berkenan menjelaskan, meskipun sekilas, tentang etika yang paling penting di dalam safar (bepergian) untuk menunaikan ibadah haji?

Jawab :

Etika haji itu terbagi menjadi dua, yaitu etika yang bersifat wajib dan etika yang bersifat anjuran. Etika yang bersifat wajib adalah menunaikan seluruh kewajiban haji dan rukunnya secara sempurna dan menghindari semua pantangan khusus di saat berihram dan pantangan-pantangan lainnya serta larangan-larangan di dalam dan di luar ihram.
Sebab Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman,
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (perkataan atau perbuatan yang dapat membangkitkan birahi atau bersetubuh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji”. (Al-Baqarah: 197).

Adapun etika yang bersifat anjuran di dalam safar menuju haji adalah mengerjakan segala sesuatu yang harus dilakukan, seperti rela berkorban dengan jiwa dan raga, harta dan kedudukan, suka membantu orang lain (sesama jama’ah), sabar atas gangguan mereka, menahan diri dan tidak mengganggu atau menyakiti mereka serta berupaya untuk berbuat baik kepada mereka, baik di saat dalam keadaan ihram ataupun sebelumnya, sebab yang demikian itu adalah budi pekerti yang luhur lagi utama, yang menjadi tuntutan atas setiap orang beriman kapan dan di mana saja. Dan termasuk etika yang dianjurkan adalah melakukan ibadah haji sesempurna mungkin, dengan cara melakukan sunnah-sunnahnya baik yang bersifat lisan maupun yang praktis, yang insya Allah, akan kita bicarakan nanti.

( Fatwa Syaikh Muhammad bin shalih Al-'Utsaimin )

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfatwa&id=723