Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Hukum Hipnotis Dan Ucapan,
Kamis, 23 September 21

Pertanyaan:

Bagaimana hukum Islam terhadap hipnotis di mana dengannya kemampuan pelakunya bisa bertambah kuat untuk menerawangkan fikiran korban, berikut mengendalikan dirinya dan membuatnya bisa meninggalkan sesuatu yang diharamkan, sembuh dari penyakit tegang otot atau melakukan perbuatan yang dimintanya tersebut? Kemudian, apa pula hukum Islam terhadap ucapan seseorang, Bihaqqi Fulan; apakah ia termasuk sumpah atau bukan? Mohon pencerahannya.

Jawaban:

Lembaga Tetap menjawab hal ini sebagai berikut:

Pertama, ilmu tentang hal-hal yang ghaib merupakan hak mutlak Allah-سبحانه وتعالى- , tidak ada seorang pun dari para makhlukNya yang mengetahui, baik itu jin atau pun selain mereka kecuali wahyu yang disampaikan oleh Allah kepada orang yang dikehendakiNya seperti kepada para malaikat atau para rasulNya. Dalam hal ini, Allah -سبحانه وتعالى- berfirman,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ


"Katakanlah, 'Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." (An-Naml: 65).

Dia juga berfirman berkenaan dengan Nabi Sulaiman dan kemampuannya menguasai bangsa jin,

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ (14)


"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan." (Saba`: 14).

Demikian pula FirmanNya,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا (27)


"(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya." (Al-Jinn: 26-27).

Dalam sebuah hadits yang shahih dari an-Nuwas bin Sam'an -رضي الله عنه- dia berkata, Rasulullah -صلى الله عليه وسلم- bersabda, "Bila Allah ingin mewahyukan suatu hal, Dia berbicara melalui wahyu, lalu langit menjadi gemetar dalam riwayat lain: gemetar yang amat sangat seperti disambar petir hal itu sebagai refleksi rasa takut mereka kepada Allah. Bila hal itu didengar oleh para penghuni langit, mereka pun pingsan dan bersimpuh sujud kepada Allah. Lalu yang pertama berani mengangkat kepalanya adalah Jibril, maka Allah berbicara kepadanya dari wahyu yang diinginkanNya, kemudian Jibril berkata, 'Allah telah berfirman dengan al-haq dan Dialah Yang Mahatinggi Lagi Mahabesar'. Semua mereka pun mengatakan hal yang sama seperti yang telah dikatakan oleh Jibril. Lantas selesailah wahyu melalui Jibril hingga kepada apa yang diperintahkan oleh Allah -سبحانه وتعالى- terhadapnya."

Di dalam hadits Shahih yang lain dari Abu Hurairah -رضي الله عنه- dari Nabi -صلى الله عليه وسلم-, beliau bersabda, "Bila Allah telah memutuskan perkara di langit, para malaikat merentangkan sayap-sayapnya sebagai (refleksi) ketundukan terhadap FirmanNya ibarat rantai di atas batu besar yang licin yang menembus mereka. Maka bila rasa takut itu sudah hilang dari hati mereka, mereka berkata, 'Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?' Mereka yang lain berkata kepada malaikat (Jibril) yang mengatakan, 'Allah telah berfirman dengan yang Haq dan Dialah Yang Mahatinggi Lagi Mahabesar', lalu hal itu didengar oleh para pencuri dengar (penguping) dan para pencuri dengar lainnya, demikian satu di atas yang lainnya. (Sufyan, periwayat hadits ini sembari menjelaskan spesifikasinya dengan tangannya; merenggangkan jemari tangan kanannya, menegakkan sebagian ke atas sebagian yang lain). Barangkali setelah itu, anak panah telah mengenai si pendengar tersebut sebelum mengenai temannya lantas membuatnya terbakar, dan barangkali pula tidak mengenainya sehingga mengenai yang setelahnya yang berada di posisi lebih bawah darinya lalu mereka melemparkannya (anak panah tersebut) ke bumi dan barangkali Sufyan berkata, 'hingga sampai ke bumi', lantas ia terlempar ke mulut tukang sihir, maka dia pun berdusta dengan seribu dusta karenanya, namun ucapannya malah dibenarkan, maka mereka pun berkata, 'Bukankah dia telah memberitahukan kepada kita pada hari anu dan anu terjadi begini dan begitu, maka ternyata, kita telah mendapatkan hal itu benar adanya persis seperti kata yang telah didengar dari langit tersebut."

Maka berdasarkan hal ini, tidak boleh meminta pertolongan kepada jin dan para makhluk selain mereka untuk mengetahui hal-hal ghaib, baik dengan cara memohon dan mendekatkan diri kepada mereka, memasang kayu gaharu ataupun lainnya. Bahkan, itu adalah perbuatan syirik karena ia merupakan jenis ibadah padahal Allah telah memberitahukan kepada para hambaNya agar mengkhususkan ibadah hanya untukNya semata, yaitu agar mereka mengatakan, "Hanya kepadaMu kami menyembah (beribadah) dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan."

Juga telah terdapat hadits yang shahih dari Nabi-صلى الله عليه وسلم - bahwasanya beliau berkata kepada Ibnu Abbas, "Bila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah dan bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah."

Bersambung...

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfatwa&id=1724