Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Larangan Berdzikir Dan Berbicara Pada Waktu Buang Hajat
Rabu, 18 Maret 09

Berdzikir dan berbicara pada waktu buang hajat hukumnya makruh, baik di bangunan maupun di tanah terbuka, ini mencakup semua dzikir dan pembicaraan, kecuali ucapan yang diperlukan secara mendesak, bahkan sebagian dari kawan kami berkata, "Jika dia bersin, dia tidak mengucapkan hamdalah, tidak mengucapkan yarhamukallah bagi orang yang bersin, tidak menjawab salam, tidak menjawab muadzin, bahkan si pemberi salamlah yang keliru, maka salamnya tidak berhak dijawab. Mengucapkan semua itu adalah makruh, tapi tidak haram. Jika dia bersin lalu mengucapkan hamdalah di dalam hatinya tanpa menggerakkan bibirnya, maka tidak mengapa, hal yang sama dilakukan pada waktu bersetubuh.

Kami meriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,


ãóÑøó ÑóÌõáñ ÈöÇáäøóÈöíøö æóåõæó íóÈõæúáõ¡ ÝóÓóáøóãó Úóáóíúåö¡ Ýóáóãú íóÑõÏøó Úóáóíúåö.

"Seorang laki-laki melewati Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan beliau tengah buang air kecil, laki-laki tersebut memberi salam kepada beliau, namun beliau tidak menjawab salamnya." Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya. (Kitab Haidh, Bab Tayamum, 1/281, no. 370, pent.)

Dari al-Muhajir bin Qunfudz Radhiyallahu ‘anhu berkata,


ÃóÊóíúÊõ ÇáäøóÈöíøó æóåõæó íóÈõæúáõ¡ ÝóÓóáøóãúÊõ Úóáóíúåö¡ Ýóáóãú íóÑõÏøó ÍóÊøóì ÊóæóÖøóÃó¡ Ëõãøó ÇÚúÊóÐóÑó Åöáóíøó æóÞóÇáó: Åöäøöíú ßóÑöåúÊõ Ãóäú ÃóÐúßõÑó Çááåó ÊóÚóÇáóì ÅöáÇøó Úóáóì ØõåúÑò (Ãóæú ÞóÇáó: Úóáóì ØóåóÇÑóÉò).

"Aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara beliau tengah buang air kecil lalu aku mengucapkan salam kepada beliau, tetapi beliau tidak menjawabnya sehingga beliau berwudhu, kemudian meminta maaf kepadaku dan bersabda, 'Sesungguhnya aku tidak suka menyebut nama Allah, kecuali dalam keadaan suci.' (Atau Nabi bersabda, 'Di atas thaharah.')."

Takhrij Hadits: Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad 4/345, 5/80; ad-Darimi 2/278; Ibnu Majah, Kitab ath-Thaharah, Bab ar-Rajul Yusallam Alaihi Wa Hua Yabulu, 1/126, no. 350; Abu Dawud, Kitab ath-Thaharah, Bab Ayaruddu as-Salam Wa Huwa Yabulu? 1/51, no. 17; an-Nasa`i, Kitab ath-Thaharah, Bab Raddi as-Salam Ba'da al-Wudhu' 1/37, no. 38; Ibnu Khuzaimah, no. 206; Ibnu Hibban, no. 803 dan 806; ath-Thabrani 20/229, no. 780-781; al-Hakim 1/167; al-Baihaqi 1/90; al-Baghawi, no. 312: dari beberapa jalan, dari Qatadah, dari al-Hasan, dari al-Hudhain bin al-Mundzir, dari al-Muhajir dengan hadits tersebut.
Al-Hakim berkata, "Berdasarkan syarat asy-Syaikhain." Dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Asy-Syaikhain tidak meriwayatkan hadits al-Muhajir, al-Bukhari tidak meriwayatkan hadits al-Hudhain, akan tetapi hadits ini shahih dari riwayat al-Hasan yang dengan lafazh "dari" tidak berpengaruh buruk, insya Allah, ia telah menyebut dari bawah. Seandainya dia seorang mudallis, niscaya ia akan meriwayatkannya secara langsung dari sahabat. Al-Hudhain termasuk rawi yang wafatnya belakangan, sekitar tahun 100 H. Oleh karena itu hadits ini dishahihkan oleh al-Asqalani dan al-Albani.

Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah dengan sanad-sanad yang shahih.

Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatdoa&id=167