Artikel : aqidah Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan
oleh :


Iman kepada takdir memiliki empat tingkatan:

Pertama, Ilmu


Maksudnya adalah beriman kepada ilmu Allah yang merupakan sifatNya sejak masa azali sampai masa abadi, bahwa ilmu Allah ini menyeluruh, mencakup dan meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang terlepas dari ilmu Allah, ilmu Allah mencakup apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi sebagaimana ia terjadi. Ilmu Allah ini tidak didahului dengan ketidaktahuan dan tidak tersusupi oleh kealpaan.

Dalil-dalil yang menetapkan ilmu Allah

Firman Allah, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Al-An’am: 59).

Firman Allah, “Tidak ada tersembunyi daripadaNya sebesar zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar.” (Saba`: 3).

Ayat-ayat di dalam al-Qur’an dalam hal ini berjumlah besar.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar jawaban Rasulullah saw ketika beliau ditanya tentang anak-anak orang musyrik, beliau menjawab,


Çááåõ ÃóÚúáóãõ ÈöãóÇ ßóÇäõæúÇ ÚóÇãöáöíúäó ÅöÐú ÎóáóÞóåõãú

Allah lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan ketika Dia menciptakan mereka.

Dari akal, sudah diketahui dengan akal bahwa Allah adalah pencipta dan bahwa selain Allah adalah makhluk, secara akal Khalik pasti mengetahui makhluk. Allah telah menetapkan hal ini dalam firmanNya, “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?” (Al-Mulk: 14).

Tingkatan kedua, Kitabah (Penulisan)

Beriman bahwa Allah menulis takdir makhlukNya di Lauh Mahfuzh, seluruhnya tidak ada yang terlewatkan.

Apa itu Lauh Mahfuzh? Kita tidak mengetahui hakikatnya, dari apa, apakah dari kayu, atau besi atau batu atau emas atau perak atau jamrud? Allah lebih mengetahui tentang itu, yang penting kita beriman kepadanya di mana padanya Allah menulis segala sesuatu dan kita tidak mempunyai wewenang untuk membahas apa yang ada di balik itu akan tetapi seandainya di dalam al-Qur'an dan Sunnah terdapat petunjuk tentangnya maka kita wajib meyakininya.

Lauh ini dikatakan Mahfuzh karena ia mahfuzh (terjaga) dari tangan-tangan makhluk, tidak seorang pun menambah sesuatu atau merubah sesuatu darinya selama-lamanya. Kedua: Karena mahfuzh dari perubahan. Allah tidak merubah sesuatu pun di dalamnya karena Dia menulisnya dengan ilmuNya

Di antara dalil-dalil yang menetapkan hal ini:

Firman Allah, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al-Haj: 70).

Firman Allah, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid: 22).

Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amru berkata, Rasulullah bersabda,


ÞóÏøóÑó Çááåõ ÇáãóÞóÇÏöíúÑó ÞóÈúáó Ãóäú íóÎúáõÞó ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáÃóÑúÖó ÈöÎóãúÓöíúäó ÃóáúÝó ÓóäóÉò ÞóÇáó: æóßóÇäó ÚóÑúÔõåõ Úóáóì ÇáãóÇÁö.


“Allah menulis takdir-takdir lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” Nabi bersabda, “Dan ArasyNya di atas air.”

Dalam Shahih Muslim dari Jabir berkata, Suraqah bin Malik bin Ju’syam datang kepada Nabi, dia berkata, “Ya Rasulullah, jelaskanlah agama kepada kami seolah-olah kita diciptakan sekarang, untuk apa beramal hari ini, apakah untuk perkara yang telah ditulis oleh pena dan berlaku padanya takdir? Ataukah untuk yang akan datang?” Nabi menjawab, “Tidak, akan tetapi untuk perkara yang telah ditulis oleh pena dan berlaku padanya takdir.” Dia bertanya, “Untuk apa beramal?” Nabi bersabda, “Beramallah karena masing-masing dimudahkan.

Dalam Musnad Ahmad dari Ubadah bin ash-Shamit bahwa Rasulullah saw bersabda,


Ãóæøóáõ ãóÇÎóáóÞó Çááåõ æóÊÚóÇáìó ÇáÞóáóãõ Ëõãøó ÞóÇáó áóåõ ÇßúÊõÈú ÞóÇáó: æóãóÇ ÃóßúÊõÈõ ÞóÇáó: ÇõßúÊõÈú ãóÇíóßõæúäõ æóãóÇ åõæó ßóÇÆöäñ Åöáóì Ãóäú ÊóÞõæúãó ÇáÓøóÇÚóÉõ

Makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah adalah pena, Allah berfirman kepadanya, ‘Tulislah.’ Pena bertanya, ‘Apa yang aku tulis?’ Dia berfirman, ‘Tulislah apa yang terjadi dan apa yang bakal terjadi sampai Hari Kiamat.

Dari Syarah al-Aqidah al-Wasithiyah, Ibnu Utsaimin dan Kitab Tauhid Ibnu Fauzan.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexaqidah&id=1§ion=aq001