Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Keutamaan Syukur

Jumat, 21 Januari 22

Besarnya keutamaan syukur dan tingginya kedudukannya merupakan perkara yang tidak diragukan. Bersyukur kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- atas nikmat-nikmatNya yang terus datang silih berganti dan pemberianNya yang datang secara berkesinambungan, sungguh hal tersebut telah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- perintahkan di dalam kitab-Nya, dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- pun melarang sebaliknya (yakni, melarang dari mengingkari nikmat-nikmatNya dan pemberian-pemberianNya).

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga memberikan sanjungan terhadap pelakunya, menyifati makhluk-makhlukNya yang sangat istimewa dengannya (yakni, sebagai hamba-hamba-Nya yang bersyukur kepadaNya).

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga menjadikan kesyukuran itu sebagai tujuan penciptaanNya dan perintahNya, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjanjikan kepada orang-orang yang pandai bersyukur itu bahwa mereka akan memperoleh sebaik-baik balasan dariNya.

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjanjikan “syukur” sebagai sebab untuk memperoleh tambahan karunia dan pemberianNya, menjadikannya pula sebagai penjaga nikmat-nikmatNya.

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga mengkhabarkan bahwa orang-orang yang pandai bersyukur itu merekalah orang-orang yang benar-benar dapat mengambil manfaat dari ayat-ayatNya.

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga menyebutkan beragam tanda dan bukti kebenaran kesyukuran seorang hamba di banyak tempat di dalam kitabNya. Di banyak ayat di dalam al-Qur’an yang mulia, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memerintahkan kepada para hambaNya untuk bersyukur kepadaNya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇÔúßõÑõæÇ äöÚúãóÊó Çááøóåö Åöäú ßõäúÊõãú ÅöíøóÇåõ ÊóÚúÈõÏõæäó [ÇáäÍá : 114]


Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepadaNya (an-Nahl : 114)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóÇÔúßõÑõæÇ áöí æóáóÇ ÊóßúÝõÑõæäö [ÇáÈÞÑÉ : 152]


Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (al-Baqarah : 152)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


ÝóÇÈúÊóÛõæÇ ÚöäúÏó Çááøóåö ÇáÑøöÒúÞó æóÇÚúÈõÏõæåõ æóÇÔúßõÑõæÇ áóåõ Åöáóíúåö ÊõÑúÌóÚõæäó [ÇáÚäßÈæÊ : 17]


Maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepadaNya. Hanya kepadaNya kamu akan dikembalikan.(al-Ankabut : 17).

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga menghubungkan syukur dengan iman dan mengkhabarkan pula bahwasanya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak akan menyiksa hambaNya bila mana mereka bersyukur dan beriman kepadaNya, seraya berfirman,


ãóÇ íóÝúÚóáõ Çááøóåõ ÈöÚóÐóÇÈößõãú Åöäú ÔóßóÑúÊõãú æóÂãóäúÊõãú æóßóÇäó Çááøóåõ ÔóÇßöÑðÇ ÚóáöíãðÇ [ÇáäÓÇÁ : 147]


Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui (an-Nisa : 147)
Yakni, jika kalian menunaikan apa yang menjadi maksud kalian diciptakan, yaitu, bersyukur dan beriman, niscaya Aku tidak akan menyiksa kalian.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga mengkhabarkan bahwa orang-orang yang pandai bersyukur, merekalah orang-orang yang beruntung dengan memperoleh anugerahNya, seraya berfirman,


æóßóÐóáößó ÝóÊóäøóÇ ÈóÚúÖóåõãú ÈöÈóÚúÖò áöíóÞõæáõæÇ ÃóåóÄõáóÇÁö ãóäøó Çááøóåõ Úóáóíúåöãú ãöäú ÈóíúäöäóÇ ÃóáóíúÓó Çááøóåõ ÈöÃóÚúáóãó ÈöÇáÔøóÇßöÑöíäó [ÇáÃäÚÇã : 53]


Demikianlah, Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah ?” (Allah berfirman), “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepadaNya).” (al-An’am : 53)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga menggantungkan adanya ‘tambahan karuniaNya’ dengan kesyukuran (seorang hamba kepadaNya), sementara tambahan kenikmatan tersebut dariNya tidak ada ujungnya sebagaimana halnya tidak ada ujungnya untuk mensyukuriNya, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÅöÐú ÊóÃóÐøóäó ÑóÈøõßõãú áóÆöäú ÔóßóÑúÊõãú áóÃóÒöíÏóäøóßõãú æóáóÆöäú ßóÝóÑúÊõãú Åöäøó ÚóÐóÇÈöí áóÔóÏöíÏñ [ÅÈÑÇåíã : 7]


Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat (Ibrahim : 7)

Maka, kesyukuran itu senantiasa bersama dengan ‘tambahan kenikmatan’ selamanya. Karena itu, dikatakan, ‘Maka kapan saja engkau belum melihat keadaanmu berada di dalam tambahan kenikmatan, maka segeralah engkau bersyukur.’

Dua Model Manusia
Sesungguhnya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membagi model manusia di dalam al-Qur’an menjadi dua dan menjadikan mereka dua kelompok; kelompok pertama adalah orang-orang yang pandai bersyukur dan kelompok kedua adalah orang-orang yang ingkar. Sementara, hal yang paling dibenciNya adalah kekufuran dan pelakunya, dan yang paling dicintaiNya adalah kesyukuran dan pelakunya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman menjelaskan keadaan manusia,


ÅöäøóÇ åóÏóíúäóÇåõ ÇáÓøóÈöíáó ÅöãøóÇ ÔóÇßöÑðÇ æóÅöãøóÇ ßóÝõæÑðÇ [ÇáÅäÓÇä : 3]


Sungguh, Kami telah menunjukkan kepada jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur (al-Insan : 3)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


Åöäú ÊóßúÝõÑõæÇ ÝóÅöäøó Çááøóåó Ûóäöíøñ Úóäúßõãú æóáóÇ íóÑúÖóì áöÚöÈóÇÏöåö ÇáúßõÝúÑó æóÅöäú ÊóÔúßõÑõæÇ íóÑúÖóåõ áóßõãú [ÇáÒãÑ : 7]


Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridhai kekafiran hamba-hambaNya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu...(Az-Zumar : 7)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóãóäú íóÔúßõÑú ÝóÅöäøóãóÇ íóÔúßõÑõ áöäóÝúÓöåö æóãóäú ßóÝóÑó ÝóÅöäøó Çááøóåó Ûóäöíøñ ÍóãöíÏñ [áÞãÇä : 12]


Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (Luqman : 12)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóãóäú ÔóßóÑó ÝóÅöäøóãóÇ íóÔúßõÑõ áöäóÝúÓöåö æóãóäú ßóÝóÑó ÝóÅöäøó ÑóÈøöí Ûóäöíøñ ßóÑöíãñ [Çáäãá : 40]


Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” (an-Naml : 40)

Target Iblis
Dan, Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga mengkhabarkan bahwa masuh Allah, yaitu, Iblis, telah memasang targetnya, bahwa ia berupaya dengan keras untuk menghentikan manusia dari bersyukur kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Hal demikian itu diupayakannya kala mengetahui betapa besarnya kedudukan syukur dan bahwa syukur itu termasuk kedudukan yang paling mulia dan paling tinggi. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman menjelaskan keadaan Iblis,


Ëõãøó áóÂÊöíóäøóåõãú ãöäú Èóíúäö ÃóíúÏöíåöãú æóãöäú ÎóáúÝöåöãú æóÚóäú ÃóíúãóÇäöåöãú æóÚóäú ÔóãóÇÆöáöåöãú æóáóÇ ÊóÌöÏõ ÃóßúËóÑóåõãú ÔóÇßöÑöíäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 17]


Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (al-A’raf : 17)

Dan, Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- pun mengkhabarkan bahwa orang-orang yang bersyukur (kepadaNya) mereka itulah kelompok yang sedikit jumlahnya di antara hamba-hambaNya. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÞóáöíáñ ãöäú ÚöÈóÇÏöíó ÇáÔøóßõæÑõ [ÓÈà : 13]


Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur (Saba : 13)


æóáóßöäøó ÃóßúËóÑó ÇáäøóÇÓö áóÇ íóÔúßõÑõæäó [íæÓÝ : 38]


Tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (Yusuf : 38)

Syukur Tujuan Penciptaan
Dan, Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga mengkhabarkan bahwa syukur merupakan tujuan dari diciptakannya makhluk (manusia), dan diberikannya beragam bentuk kenikmatan kepada mereka. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇááøóåõ ÃóÎúÑóÌóßõãú ãöäú ÈõØõæäö ÃõãøóåóÇÊößõãú áóÇ ÊóÚúáóãõæäó ÔóíúÆðÇ æóÌóÚóáó áóßõãõ ÇáÓøóãúÚó æóÇáúÃóÈúÕóÇÑó æóÇáúÃóÝúÆöÏóÉó áóÚóáøóßõãú ÊóÔúßõÑõæäó [ÇáäÍá : 78]


Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur (an-Nahl : 78)


æóãöäú ÑóÍúãóÊöåö ÌóÚóáó áóßõãõ Çááøóíúáó æóÇáäøóåóÇÑó áöÊóÓúßõäõæÇ Ýöíåö æóáöÊóÈúÊóÛõæÇ ãöäú ÝóÖúáöåö æóáóÚóáøóßõãú ÊóÔúßõÑõæäó [ÇáÞÕÕ : 73]


Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (al-Qashash : 73)


æóåõæó ÇáøóÐöí ÓóÎøóÑó ÇáúÈóÍúÑó áöÊóÃúßõáõæÇ ãöäúåõ áóÍúãðÇ ØóÑöíøðÇ æóÊóÓúÊóÎúÑöÌõæÇ ãöäúåõ ÍöáúíóÉð ÊóáúÈóÓõæäóåóÇ æóÊóÑóì ÇáúÝõáúßó ãóæóÇÎöÑó Ýöíåö æóáöÊóÈúÊóÛõæÇ ãöäú ÝóÖúáöåö æóáóÚóáøóßõãú ÊóÔúßõÑõæäó [ÇáäÍá : 14]


Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur (an-Nahl : 14)
Nash-nash yang semakna dengan ini banyak sekali.

Syukur Jalan Para Nabi dan Rasul
Sesungguhnya syukur merupakan jalan para utusan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan para NabiNya, yang merupakan makhluk ciptaanNya yang paling istimewa dan paling dekat (kedudukannya) kepadaNya-semoga shalawat dan salam Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-terlimpahkan kepada mereka semuanya-. Sungguh, Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- telah menyanjung rasul pertama yang diutusNya ke bumi dengan sifat ‘syukur’, seraya berfirman,


ÐõÑøöíøóÉó ãóäú ÍóãóáúäóÇ ãóÚó äõæÍò Åöäøóåõ ßóÇäó ÚóÈúÏðÇ ÔóßõæÑðÇ [ÇáÅÓÑÇÁ : 3]


(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (al-Isra’ : 3)

Disebutkannya Nabi Nuh-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-di sini secara khusus dan seruan kepada para hamba bahwasanya mereka adalah keturunannya merupakan isyarat agar kita meneladani beliau-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, karena beliau (Nabi Nuh-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-) adalah bapak moyang mereka yang kedua, karena sesungguhnya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak menjadikan keturunan untuk manusia –setelah penenggelaman- kecuali berasal dari keturunannya, sebagaimana Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÌóÚóáúäóÇ ÐõÑøöíøóÊóåõ åõãõ ÇáúÈóÇÞöíäó [ÇáÕÇÝÇÊ : 77]


Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan (ash-Shaafat : 77)

Maka, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- perintahkan anak cucunya agar meniru ayah mereka dalam hal mensyukuri nikmatNya, karena dia (Nabi Nuh-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-) adalah seorang hamba Allah yang banyak bersyukur.

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyanjung kekasihNya, Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, disebabkan karena kesyukurannya terhadap nikmat-nikmatNya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, seraya berfirman,


Åöäøó ÅöÈúÑóÇåöíãó ßóÇäó ÃõãøóÉð ÞóÇäöÊðÇ áöáøóåö ÍóäöíÝðÇ æóáóãú íóßõ ãöäó ÇáúãõÔúÑößöíäó (120) ÔóÇßöÑðÇ áöÃóäúÚõãöåö ÇÌúÊóÈóÇåõ æóåóÏóÇåõ Åöáóì ÕöÑóÇØò ãõÓúÊóÞöíãò (121) [ÇáäÍá : 120 ¡ 121]


Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan Hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah), dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus (an-Nahl : 120-121)

Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengkhabarkan tentang Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-, bahwasanya ia adalah ummah, yakni, qudwah (panutan) yang diteladani dalam kebaikan, dan bahwa ia ÞóÇäöÊðÇ áöáøóåö, qaanit adalah orang yang taat, senantiasa melakukan ketaatan (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-). Ia adalah ÍóäöíÝðÇ, orang yang senantiasa menghadapkan diri kepada Allah, berpaling dari selainNya. Kemudian, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menutup sifat-sifatnya ini dengan bahwasanya dia (Ibrahim-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-) ÔóÇßöÑðÇ áöÃóäúÚõãöåö dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikan ‘syukur’ sebagai puncak sifat kekasihNya, yaitu, Nabiyullah Ibrahim- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga perintahkan kepada hambaNya, Musa- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-untuk menghadapi apa yang Allah berikan kepadanya berupa (nikmat) kenabian, kerasulan, dan (nikmat) berbicara langsung denganNya, dengan kesyukuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, seraya berfirman,


ÞóÇáó íóÇ ãõæÓóì Åöäøöí ÇÕúØóÝóíúÊõßó Úóáóì ÇáäøóÇÓö ÈöÑöÓóÇáóÇÊöí æóÈößóáóÇãöí ÝóÎõÐú ãóÇ ÂÊóíúÊõßó æóßõäú ãöäó ÇáÔøóÇßöÑöíäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 144]


(Allah) berfirman, “Wahai Musa ! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur.” (al-A’raf : 144)

Dan, ayat-ayat yang semakna dengan ini cukup banyak yang menerangkan kesyukuran para Nabi kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan bahwa hal tersebut (yakni, kesyukuran kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) merupakan jalan mereka.

Cermin Kesyukuran Penutup Para Nabi
Adapun kesyukuran penutup para Nabi dan penghulu anak Adam, Muhammad bin Abdillah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-merupakan pintu yang luas; beliau adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mengenal Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan yang paling takut kepadaNya, paling bersyukur terhadap nikmat-Nya, paling tinggi kedudukannya di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Telah valid di dalam ash-Shahih dari al-Mughirah bin Syu’bah- ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- ia berkata :


ÞóÇãó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÍóÊøóì ÊóæóÑøóãóÊú ÞóÏóãóÇåõ ÝóÞöíáó áóåõ ÛóÝóÑó Çááøóåõ áóßó ãóÇ ÊóÞóÏøóãó ãöäú ÐóäúÈößó æóãóÇ ÊóÃóÎøóÑó ÞóÇáó ÃóÝóáóÇ Ãóßõæäõ ÚóÈúÏðÇ ÔóßõæÑðÇ


Nabi-Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berdiri (shalat malam) hingga kedua telapak kakinya bengkak. Maka, dikatakan kepada beliau, ‘Allah telah mengampuni dosa Anda yang telah lalu dan yang akan datang’ (mengapa Anda masih saja melakukan hal ini ?). Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur.”

Dan telah valid pula di dalam Shahih al-Bukhari, bahwa Nabi- Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


Åöäøó ÃóÊúÞóÇßõãú æóÃóÚúáóãóßõãú ÈöÇááøóåö ÃóäóÇ


Sesunggguhnya orang yang paling bertakwa (kepada Allah) di antara kalian dan paling tahu tentang Allah di antara kalian adalah aku.

Asas Syukur dan Hakikatnya
Adapun asas syukur dan hakikatnya adalah pengakuan terhadap pemberian Dzat yang telah memberikan kenikmatan dengan penuh ketundukan, kehinaan dan kecintaan.

Maka, barang siapa yang tidak mengetahui kenikmatan, bahkan ia bodoh terhadapnya, maka belumlah ia mensyukuri nikmat.

Barang siapa telah mengetahui kenikmatan, namun ia tidak mengetahui pemberi kenikmatan tersebut, berarti pula ia belum mensyukuri kenikmatan tersebut.

Barang siapa telah mengetahui kenikmatan dan pemberinya, akan tetapi ia menolaknya maka ia telah mengingkari kenikmatan tersebut.

Barang siapa mengetahui kenikmatan dan pemberinya dan ia pun mengakuinya dan tidak menolaknya namun ia tidak tunduk kepadaNya, tidak mencintai-Nya dan tidak pula ridha kepadaNya, maka ia belum pula mensyukuri nikmat-Nya.

Barang siapa mengetahui kenikmatan dan mengetahui pula pemberi kenikmatan tersebut, ia pun tunduk kepadaNya, mencintaiNya, ridha terhadapNya, dan menggunakan kenikmatan tersebut dalam hal-hal yang dicintaiNya dan untuk mentaatiNya, maka inilah dia orang yang benar-benar mensyukuri nikmat-Nya.

Lima Pilar Kesyukuran
Dengan ini menjadi jelaslah bahwa syukur itu dibangun di atas lima pilar; (1) ketundukan orang yang bersyukur kepada Dzat yang disyukurinya, (2) kecintaannya kepadaNya, (3) pengakuannya akan nikmatNya, (4) sanjungan dan pujiannya kepadaNya atas kenikmatan yang dikaruniakanNya, dan (5) tidak menggunakan kenikmatan tersebut untuk hal-hal yang dibenciNya. Kelima hal inilah merupakan pondasi syukur dan bangunannya yang berdiri tegak di atasnya. Maka, jika satu saja pondasi tidak ada maka akan melepaskan satu pilar dari pilar-pilar kesyukuran.

Kesyukuran dengan Hati, Lisan dan Anggota Badan
Dan kesyukuran itu adalah dengan hati, lisan dan anggota badan. Kesyukuran dengan hati berupa ketundukan, kepasrahan diri dan kecintaan kepada pemberi kenikmatan, yaitu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Adapun kesyukuran dengan lisan adalah berupa sanjung, pujian dan pengakuan. Adapun kesyukuran dengan anggota badan adalah berupa tindak ketaatan dan kepatuhan.

Contoh Bentuk Kesyukuran Anggota Badan
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan di dalam kitabnya, ‘asy-Syukru’ bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Abu Hazim Salamah bin Dinar-ÑóÍöãóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-,
‘Apa bentuk kesyukuran dua mata, wahai Abu Hazim ?’
Abu Hazim menjawab, ‘Jika engkau melihat suatu kebaikan dengan kedua mata itu, maka engkau mengumumkan kebaikan tersebut, dan jika engkau melihat suatu keburukan dengan keduanya, maka engkau menutupi keburukan tersebut.’
Lelaki itu kembali bertanya, ‘Apa bentuk kesyukuran dua telinga ?’
Abu Hazim menjawab,’Jika kamu mendengar suatu kebaikan dengan kedua telinga itu, maka engkau berusaha memahaminya. Dan jika kamu mendengar suatu keburukan dengan keduanya, maka engkau menolaknya.’
Lelaki itu kembali bertanya, ‘Apa bentuk kesyukuran dua tangan ?’
Abu Hazim menjawab,’Janganlah engkau mengambil (sesuatu) yang bukan hak keduanya, dan janganlah engkau menahan sebuah hak Allah yang ada pada keduanya.’
Lelaki itu kembali bertanya, ‘Apa bentuk kesyukuran perut ?’
Hendaknya bagian yang paling bawahnya engkau isi dengan makanan dan minuman yang halal, sedangkan bagian atasnya (yakni, dada) engkau isi dengan ilmu.’
Lelaki itu kembali bertanya, ‘Apa bentuk kesyukuran kemaluan ?’
Abu Hazim menjawab,’ Seperti yang Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-firmankan,


æóÇáøóÐöíäó åõãú áöÝõÑõæÌöåöãú ÍóÇÝöÙõæäó (5) ÅöáøóÇ Úóáóì ÃóÒúæóÇÌöåöãú Ãóæú ãóÇ ãóáóßóÊú ÃóíúãóÇäõåõãú ÝóÅöäøóåõãú ÛóíúÑõ ãóáõæãöíäó (6) Ýóãóäö ÇÈúÊóÛóì æóÑóÇÁó Ðóáößó ÝóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúÚóÇÏõæäó (7) [ÇáãÄãäæä : 5 - 7]


Dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela (al-Mukminun : 5-7)
Lelaki itu kembali bertanya, ‘Apa bentuk kesyukuran kaki ?’
Apabila engkau melihat orang yang masih hidup (yang sedemikian gemar beramal shaleh), maka engkau gunakan kedua kakimu untuk melakukan (kebaikan) seperti yang dilakukan oleh orang yang engkau lihat itu. Dan, jika engkau melihat orang yang telah meninggal dunia dan engkau tidak menyukainya (karena kebiasaannya berbuat keburukan selama hidupnya sejauh yang engkau ketahui) maka engkau menahan kedua kakimu dari melakukan kebiasaan buruk yang dilakukannya.
Dengan ini, engkau berarti termasuk orang yang telah bersyukur kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Adapun barang siapa bersyukur (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) dengan lisannya namun tidak bersyukur dengan seluruh anggota tubuhnya, maka perumpamaannya adalah seperti seorang lelaki yang mempunyai pakaian, lalu ia memegang ujung pakaiannya dan ia tidak mengenakannya. Sehingga, hal itu tidak memberikan manfaat kepadanya sedikitpun dari sengatan panas, dinginnya cuaca, dinginnya salju dan hujan.” Selesai perkataan beliau-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-.

Syukur Jalan Melestarikan Kenikmatan
Sesungguhnya syukur kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- atas segala kenikmatan yang dikaruniakanNya, merupakan kewajiban atas setiap muslim dan mukmin. Dan, syukur merupakan jalan untuk melestarikan kenikmatan-kenikmatan, sebagaimana halnya tidak adanya kesyukuran merupakan sebab hilangnya kenikmatan.

Telah dikatakan, “Setiap kesyukuran sekalipun atas kenikmatan yang sedikit, merupakan harga untuk setiap kenikmatan yang ingin didapatkan sekalipun besar. Maka, bila seseorang tidak bersyukur, ia telah menawarkan kenikmatan itu untuk hilang.”

Dan dikatakan juga,
“Syukur merupakan tali pengikat kenikmatan yang ada dan penangkap kenikmatan yang hilang.”

Dan dikatakan juga,
“Mengingkari kenikmatan merupakan kebinasaan dan hal itu merupakan wasilah kepada pelarian. Dan, dulu, mereka menamakan kesyukuran dengan, al-Hafizh (sang penjaga), karena kesyukuran menjaga kenikmatan-kenikmatan yang ada. Dan, mereka juga menamakan kenikmatan itu dengan al-Jalib (sang penarik), karena kesyukuran itu akan menarik kenikmatan-kenikmatan yang hilang.”

Dan dikatakan juga,
“Kenikmatan itu bila disyukuri menetap, dan bila diingkari lari.”
Akhirnya, kita memohon kepada Allah Dzat Maha Agung dan Maha Tinggi agar membagikan kepada kita, saya dan Anda kesyukuran terhadap nikmat-nikmatNya. Kita juga memohon kepadaNya agar Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-melindungi kita dari pengingkaran terhadap nikmat-nikmatNya. Sesungguhnya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Maha Medengar, Maha Mengijabahi Permohonan. Amin

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Wallahu A’lam
(Redaksi)

Sumber :
Fadhlu asy-Syukri, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-semoga Allah menjaganya. Dengan ringkasan.













Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=957