Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Ramadhan Datang

Jumat, 24 April 20

Ramadhan datang, tentunya disambut dengan penuh kegembiraan oleh orang-orang yang beriman. Bagaimana tidak demikian, sementara Ramadhan laksana tamu yang membawa beragam bentuk kebaikan, karena Ramadhan adalah bulan yang diberkahi oleh Allah Rabb semesta alam.

Maka dari itu, ketika bulan ini datang, Rasulullah-shallallau 'alaihi wasallam- seorang Nabi yang sangat penyayang kepada orang-orang yang beriman- memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya, orang-orang yang beriman kepadanya dan kepada Dzat yang telah mengutusnya, yaitu Allah 'Azza wa Jalla.

Beliau menyematkan sifat 'keberkahan' pada bulan ini. Juga, mencontohkan beragam bentuk kebaikan, kekhususan dan keutamaan yang menunjukkan keberkahan.

Di samping itu beliau juga mengingatkan mereka tentang kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepada mereka selaku orang-orang yang beriman, yaitu, puasa di siang harinya sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari, dalam rentang waktu satu bulan.

Sebagaimana hal tersebut ditunjukkan dalam beberapa riwayat hadis, di antaranya adalah :

1. Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- ia berkata,


ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó íõÈóÔøöÑõ ÃóÕúÍóÇÈóåõ íóÞõæúáõ : ÞóÏú ÌóÇÁóßõãú ÔóåúÑõ ÑóãóÖóÇäó ÔóåúÑñ ãõÈóÇÑóßñ ßóÊóÈó Çááøóåõ Úóáóíúßõãú ÕöíóÇãóåõ, Ýöíúåö ÊõÝúÊóÍõ ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóäøóÉö æóÊõÛúáóÞõ Ýöíúåö ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóÍöíúãö æóÊõÛóáøõ Ýöíúåö ÇáÔøóíóÇØöíúäõ, Ýöíúåö áóíúáóÉñ ÎóíúÑñ ãöäú ÃóáúÝö ÔóåúÑò, ãóäú ÍõÑöãó ÎóíúÑóåóÇ ÝóÞóÏú ÍõÑöãó


Adalah Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepada kalian puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa." (HR. Ahmad dan an-Nasai).

2. Dari 'Ubadah bin Shamit -semoga Allah meridhainya-, bahwa Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda,


ÃóÊóÇßõãú ÑóãóÖóÇäõ ÔóåúÑõ ÈóÑóßóÉò ¡ íóÛúÔóÇßõãõ Çááåõ Ýöíúåö, ÝóíóäúÒöáõ ÇáÑøóÍúãóÉó æóíóÍõØøõ ÇáúÎóØóÇíóÇ ¡ æóíóÓúÊóÌöíúÈõ Ýöíúåö ÇáÏøõÚóÇÁó ¡ íóäúÙõÑõ Çááåõ Åöáóì ÊóäóÇÝõÓößõãú Ýöíúåö æóíõÈóÇåöí Èößõãú ÇáúãóáóÇÆößóÊóåõ ¡ ÝóÃóÑõæúÇ Çááåó ãöäú ÃóäúÝõÓößõãú ÎóíúÑðÇ ¡ ÝóÅöäøó ÇáÔøóÞöíøó ãóäú ÍõÑöãó Ýöíúåö ÑóÍúãóÉó Çááåö


“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungi kalian pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Allah melihat berlomba-lombanya kalian pada bulan ini dan membanggakan kalian kepada para Malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari kalian. Karena, orang yang sengsara ialah yang tidak mendapat rahmat Allah di bulan ini.” (HR. ath-Thabraniy, dan para periwayatnya terercaya).

3. Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwa Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda,


ÅöÐóÇ ÌóÇÁó ÑóãóÖóÇäõ ÝõÊøöÍóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóäøóÉö æóÛõáøöÞóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáäøóÇÑö æóÕõÝøöÏóÊö ÇáÔøóíóÇØöíúäõ


“Jika bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu Surga akan dibuka, sedangkan pintu-pintu Neraka akan ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim).

4. Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridainya- berkata, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda,


ÅöÐóÇ ßóÇäó Ãóæøóáõ áóíúáóÉò ãöäú ÔóåúÑö ÑóãóÖóÇäó ÕõÝøöÏóÊö ÇáÔøóíóÇØöíúäõ æóãóÑóÏóÉõ ÇáúÌöäøö æóÛõáøöÞóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáäøóÇÑö Ýóáóãú íõÝúÊóÍú ãöäúåóÇ ÈóÇÈñ æóÝõÊøöÍóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóäøóÉö Ýóáóãú íõÛúáóÞú ãöäúåóÇ ÈóÇÈñ æóíõäóÇÏöí ãõäóÇÏò íóÇ ÈóÇÛöíó ÇáúÎóíúÑö ÃóÞúÈöáú æóíóÇ ÈóÇÛöíó ÇáÔøóÑøö ÃóÞúÕöÑú æóáöáøóåö ÚõÊóÞóÇÁõ ãöäó ÇáäøóÇÑö æóÐóáößó ßõáøó áóíúáóÉò


“Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu. Pintu-pintu Neraka pun ditutup sehingga tidak ada satu pun darinya yang terbuka; dan pintu-pintu Surga dibuka sehingga tidak ada satu pintu pun yang tertutup. Kemudian ada Malaikat yang berseru : 'Wahai engkau yang ingin melakukan kebaikan, sambutlah. Wahai engkau yang ingin melakukan keburukan, berhentilah. Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari Neraka, dan itu pada setiap malam.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaemah).

• Sabda beliau, ÔóåúÑñ ãõÈóÇÑóßñ ÔóåúÑõ ÑóãóÖóÇäó (bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi) atau ÑóãóÖóÇäõ ÔóåúÑõ ÈóÑóßóÉò (Ramadhan, bulan keberkahan).

Beliau menyematan sifat 'keberkahan' kepada bulan ini. Hal tersebut mengisyaratkan kepada banyaknya ragam kebaikannya. Karena, kata 'barokah' sebagaimana disimpulkan maknanya oleh para ulama, yaitu, 'tetap dan berkesinambungannya kebaikan. Atau, banyaknya kebaikan dan bertambahnya kebaikan tersebut, atau kedua hal tersebut secara bersamaan. (At-Tabarruk, Anwa'uhu Wa Ahkamuhu, hal. 37-38).

Bulan ini diberkahi oleh siapa? Bulan ini diberkahi oleh Allah Azza wa Jalla, tentu saja. Dialah Dzat telah menciptakan waktu ini dan Dia pula yang memberikan keberkahan padanya.

Hal ini mengisyaratkan pula bahwa seorang hamba hendaknya berupaya untuk mendulang keberkahan yang melimpah yang ada di bulan ini. Karena, salah satu maksud dari diberikannya keberkahan pada waktu adalah agar seseorang yang melewati waktu tersebut mengambil keberkahannya. Caranya? Caranya adalah dengan memanfaatkan dan menggunakan waktu tersebut seoptimal mungkin untuk beramal shaleh yang disyariatkan. Baik yang bersifat wajib, seperti, puasa, maupun yang bersifat sunnah, seperti, tarowih, dll. Sehingga seabreg kebaikan bakal diperolehnya.

• Sabda beliau, ßóÊóÈó Çááøóåõ Úóáóíúßõãú ÕöíóÇãóåõ Allah mewajibkan kepada kalian puasa di dalamnya.

Ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíúäó ÂãóäõæúÇ ßõÊöÈó Úóáóíúßõãõ ÇáÕøöíóÇãõ ßóãóÇ ßõÊöÈó Úóáóì ÇáøóÐöíúäó ãöäú ÞóÈúáößõãú áóÚóáøóßõãú ÊóÊøóÞõæúäó


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah : 183).


Ýóãóäú ÔóåöÏó ãöäúßõãõ ÇáÔøóåúÑó ÝóáúíóÕõãúåõ


“Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.” (QS. al-Baqarah : 185).

Oleh karena itu, kamu tidak boleh meninggalkannya tanpa uzur (alasan yang dibenarkan syariat). Adapun bila kamu beruzur, seperti, kamu sedang sakit atau sedang dalam perjalanan, atau lanjut usia, atau kamu seorang wanita tengah hamil atau menyusui, haid atau nifas, maka puasa Ramadhan tersebut tidak wajib kamu lakukan.

Ancaman bagi yang Tidak Berpuasa Tanpa Udzur

Bilamana kamu meninggalkan puasa tersebut tanpa uzur, maka kamu berdosa karenanya, bahkan telah melakukan dosa besar. Dan, kamu pun terancam dengan siksa-Nya.

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda tentang mimpi yang pernah beliau saksikan, "Sampai ketika aku berada di tengah gunung, seketika terdengar suara-suara keras. Maka aku bertanya,'Suara apa ini ?' Mereka (para Malaikat yang membawaku) menjawab, 'Ini adalah teriakan penghuni Neraka.' Kemudian dia (Jibril) membawaku pergi, seketika aku berada di hadapan suatu kaum yang digantung dengan kaki di atas dengan sudut mulut terkoyak, dari sudut mulut mereka bercucuran darah. Maka aku bertanya, 'Siapa mereka ?' Jibril menjawab,


åóÄõáóÇÁö ÇáøóÐöíúäó íõÝúØöÑõæúäó ÞóÈúáó ÊóÍöáøóÉö Õóæúãöåöãú


Mereka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum sampai waktunya.” (HR. Ibnu Khuzaemah dan Ibnu Hibban).

• Sabda beliau, Ýöíúåö ÊõÝúÊóÍõ ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóäøóÉö pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, atau, ÝõÊøöÍóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóäøóÉö pintu-pintu Surga akan dibuka, atau, ÝõÊøöÍóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóäøóÉö Ýóáóãú íõÛúáóÞú ãöäúåóÇ ÈóÇÈñ pintu-pintu Surga dibuka sehingga tidak ada satu pintu pun yang tertutup.

Ketika mengomentari ungkapan ini, para ulama berbeda pendapat tentang maknanya.

Al-Munawi –semoga Allah merahmatinya- mengatakan, "Ini merupakan kinayah tentang banyaknya turunnya hujan rahmat dan beruntunnya naiknya ketaatan tanpa adanya penghalang." (At-Taisir Bi-Syarhi Al-Jami' Ash-Shaghir, 1/187).

Ibnu Syihab -semoga Allah merahmatinya- berkata, "Dan berkemungkinan pula bahwa pembukaan pintu-pintu Surga merupakan keterangan tentang sesuatu yang Allah bukakan untuk hamba-hamba-Nya berupa ketaatan-ketaatan di mana hal itu merupakan sebab-sebab untuk masuk Surga. (Fathul Baari, 6/136).

Ada pula yang mengatakan, (maknanya), "Untuk mendekatkan rahmat kepada para hamba-Nya." Dan, tidak ada pertentangan antara riwayat ini dengan riwayat ÝõÊøöÍóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáÑøóÍúãóÉö (Pintu-pintu rahmat dibuka), karena yang dimaksud dengan rahmat adalah al-Jannah (Surga), berdasarkan hadis (qudsi) di mana Allah berfirman tentang Surga, ÃóäúÊö ÑóÍúãóÊöí ÃóÑúÍóãõ Èößö ãóäú ÃóÔóÇÁó (engkau (wahai Surga) adalah ramat-Ku, dengan mu Aku merahmati orang yang Aku kehendaki). (I'anatu al-Muslim Fii Syarhi Shahih Muslim, Kitab ash-Shaum, 1/2).

Al-Mubarakfuri -semoga Allah merahmatinya- berkata, “(Maknanya) yakni, (pintu-pintu Surga tersebut dibuka) dengan sebenarnya. Karena, Surga itu telah tercipta sekarang. Dan, pembukaan pintu-pintunya memungkinkan (untuk dilakukan). Atau, hal itu bermakna penghilangan penghalang (untuk masuk ke dalam Surga) dan pengangkatan tabirnya.
Dan, di dalam Syarh Muslim, al-Qadhi berkata: al-Baji berkata, 'Makna dibukanya pintu-pintu Surga yakni, banyaknya pemaafan dan ampunan, pengangkatan kedudukan, dan pemberian pahala yang amat melimpah.'

Al-Qadhi berkata, 'Berkemungkinan pula hal itu sebagaimana zhahirnya (yakni, benar-benar pintu-pintu Surga itu dibuka) dan bahwa dibukanya pintu-pintunya merupakan tanda untuk itu.’
Saya (al-Mubarakfuriy) katakan, 'Kemungkinan ini adalah yang nampak. Karena, yang utama adalah membawa pemahan (makna) hadis tersebut kepada zhahirnya.’” (Tuhfatu al-Ahwadziy,6/142).

Al-Qurtubi -semoga Allah merahmatinya- berkata, "Benar juga membawa ungkapan ini kepada makna sebenarnya, sehingga maknanya, bahwa Surga itu benar-benar telah dibuka, diperindah untuk orang yang meninggal dunia di bulan Ramadhan karena keutamaan ibadah ini yang terjadi di dalamnya.” (ad-Diibaaj 'Ala Muslim, 3/182).

• Sabda beliau, æóÊõÛúáóÞõ Ýöíúåö ÃóÈúæóÇÈõ ÇáúÌóÍöíúãö pintu-pintu Neraka ditutup, atau, æóÛõáøöÞóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáäøóÇÑö sedangkan pintu-pintu Neraka akan ditutup, atau, æóÛõáøöÞóÊú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáäøóÇÑö Ýóáóãú íõÝúÊóÍú ãöäúåóÇ ÈóÇÈñ Pintu-pintu Neraka pun ditutup sehingga tidak ada satu pun darinya yang terbuka.

Ibnu Syihab -semoga Allah merahmatinya- berkata, "Penutupan pintu Neraka merupakan keterangan tentang terpalingkannya keinginan dari melakukan kemaksiatan-kemaksiatan yang akan mengantarkan pelakunya ke dalam Neraka.” (Fathul Baari, 6/136).

Dan ada yang berkata, "Berkemungkinan (maknanya) adalah sebenarnya (yakni, benar-benar bahwa pintu-pintu Neraka itu ditutup)... dan bahwa penutupan pintu-pintu Neraka itu merupakan tanda untuk masuknya bulan tersebut dan agungnya nilai dan kedudukannya.” (Ikmal al-Mu'allim Syarh Shahih Muslim, 3/4).

• Sabda beliau, æóÊõÛóáøõ Ýöíúåö ÇáÔøóíóÇØöíúäõ dan para setan diikat, atau, æóÕõÝøöÏóÊö ÇáÔøóíóÇØöíäõ dan setan pun dibelenggu, atau, ÕõÝøöÏóÊö ÇáÔøóíóÇØöíúäõ æóãóÑóÏóÉõ ÇáúÌöäøö setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu.

Al-Qadhi -semoga Allah merahmatinya- berkata, "Berkemungkinan ungkapan ini sesuai dengan zhahirnya, yaitu bahwa setan dan jin-jin jahat benar-benar diikat/dibelenggu. Dan, berkemungkinan pula merupakan majaz (kiasan), sehingga merupakan isyarat kepada banyaknya pahala dan pemaafan, dan bahwa para setan itu menjadi sedikit godaannya, maka mereka menjadi seperti orang yang diikat/dibelenggu.” (ad-Diibaaj 'Ala Muslim, 3/181).

Jika ada yang mengatakan, "Kita melihat keburukan dan kemaksiatan cukup banyak terjadi di bulan Ramadhan, kalaulah setan itu diikat/dibelenggu niscaya tak terjadi keburukan."

Jawaban hal ini dari beberapa sisi:

Pertama, Sesungguhnya setan itu dibelenggu/diikat hanya dari orang-orang yang berpuasa yang memelihara syarat-syaratnya dan memperhatikan adab-adabnya. Adapun, orang-orang yang tidak menjaganya, maka setan tidak dibelenggu dari pelakunya.

Kedua, Andai diterima bahwa setan itu dibelenggu dari setiap orang yang berpuasa. Maka hal tersebut tidak mengharuskan tidak terjadinya sebuah keburukan. Karena, untuk terjadinya keburukan itu ada sebab-sebab yang lain selain setan, yaitu jiwa yang buruk, kebiasaan yang lemah, dan setan dari golongan manusia.

Ketiga, bahwa yang dimaksud adalah galibnya (pada umumnya) para setan dan setan-setan yang jahat dari golongan mereka (jin). Adapun selain mereka, boleh jadi tidak dibelenggu/diikat. Dan, yang dimaksud adalah penyedikitan keburukan-keburukan. Demikian itu ada di bulan Ramadhan. Sesungguhnya, terjadinya keburukan-keburukan dan kekejian-kekejian di bulan tersebut sedikit dibandingkan dengan di bulan-bulan lainnya. (ad-Diibaaj 'Ala Muslim, 3/182).

• Sabda beliau, Ýöíúåö áóíúáóÉñ ÎóíúÑñ ãöäú ÃóáúÝö ÔóåúÑò pada bulan ini juga terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan.

Malam tersebut, yakni, Lailatul Qadar. Karena Lailatul Qadar itulah yang disifati dengan 'malam yang lebih baik daripada seribu bulan.' Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman,


áóíúáóÉõ ÇáúÞóÏúÑö ÎóíúÑñ ãöäú ÃóáúÝö ÔóåúÑò


“Lailatul Qadar (Malam kemuliaan) itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. al-Qadar : 3).

Dan, malam tersebut ada pada 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan. Nabi -sallallahu 'alaihi wasallam- sangat menganjurkan agar malam itu dicari. Beliau bersabda,


ÇáúÊóãöÓõæúåóÇ Ýöì ÇáúÚóÔúÑö ÇáÃóæóÇÎöÑö ãöäú ÑóãóÖóÇäó


“Carilah malam itu pada sepuluh (malam) terakhir dari bulan Ramadhan ....” (HR. Al-Bukhari).
Dan, beliau sendiri memberikan contohnya dalam hal upaya mencarinya, yaitu dengan menghidupkan malam-malamnya. Bergadang semalam suntuk untuk melakukan beragam ketaatan. Kata 'Aisyah-, istrinya -semoga Allah meridhainya-,


ßóÇäó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ ÏóÎóáó ÇáúÚóÔúÑõ ÔóÏøó ãöÆúÒóÑóåõ æóÃóÍúíóÇ áóíúáóåõ æóÃóíúÞóÙó Ãóåúáóåõ


“Adalah Nabi-shallallahu 'alaihi wasallam, bila sepuluh (malam terakir) telah masuk, beliau mengikat sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Al-Bukhari).

• Sabda beliau, ãóäú ÍõÑöãó ÎóíúÑóåóÇ ÝóÞóÏú ÍõÑöãó barang siapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.

Al-Mubarakfuri -semoga Allah merahmatinya- berkata, “Yakni, siapa yang terhalang untuk mendapatkan kebaikannya, di mana ia tidak diberi taufiq (oleh Allah) untuk menghidupkan (malam-malamnya) dan untuk melakukan ibadah di dalamnya. ÝóÞóÏú ÍõÑöãó, yakni, ia telah terhalang untuk mendapatkan kebaikan itu seluruhnya... dan yang dimaksud adalah diharamkan untuk mendapatkan pahala yang sempurna atau ampunan yang menyeluruh yang didapatkan oleh orang yang berdiri dalam upaya menghidupkan malamnya.” (Mura'at al-Mafatih Syarh Misykah al-Mashabih, 6/415).

Akhirnya, semoga kita mendapatkan taufiq-Nya untuk mengisi bulan Ramadhan yang berkah ini dengan beragam ketaatan kepada-Nya. Dan, semoga pula kita tidak termasuk golongan orang-orang yang terhalang mendapatkan kebaikan yang melimpah itu. Amin. Wallahu A'lam.

(Redaksi)

Referensi :
1. Ad-Diibaaj 'Ala Muslim, Abdurrahman bin Abi Bakar as-Suyuthi.
2. Al-Mu'jam Al-Kabir, Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani.
3. Al-Musnad, Imam Ahmad bin Hanbal
4. At-Tabarruk, Anwa'uhu Wa Ahkamuhu, Nasir Abdurrahman al-Judai'.
5. At-Taisir Bi-Syarhi Al-Jami' Ash-Shaghir, Abdurrauf al-Munawi.
6. Fathul Baariy Syarah Shahih al-Bukhariy, Ibnu Hajar al-Asqalani.
7. I'anatu Al-Muslim Fii Syarhi Shahih Muslim, Sulaiman bin Muhammad al-Luhaimid.
8. Ikmal al-Mu'allim Syarh Shahih Muslim, al-Qadhi 'Iyadh
9. Mura'at Al-Mafatih Syarh Misykah Al-Mashabih, Ubaidullah bin Muhammad Abdussalam al-Mubarakfuri.
10. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari.
11. Shahih Ibnu Hibban, Muhammad bin Hibban al-Busti.
12. Shahih Ibnu Khuzaemah, Muhammad bin Ishaq an-Naisaburi.
13. Shahih Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi.
14. Sunan Abu Dawud, Sulaiman bin al-Asy'ats as-Sijistani.
15. Sunan An-Nasai, Ahmad bin Syu'aib an-Nasai.
16. Sunan at-Tirmidziy, Muhammad bin Isa As-Sulami.
17. Sunan Ibnu Majah, Muhammad bin Yazid al-Qazwaini.
18. Tuhfatu al-Ahwadzi Bi-Syarhi Jami' at-Tirmidziy, Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfuri.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=850