Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Bersambut Kata

Jumat, 27 September 19

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóæóÕøóì ÈöåóÇ ÅöÈúÑóÇåöíãõ Èóäöíåö æóíóÚúÞõæÈõ íóÇÈóäöíøó Åöäøó Çááøóåó ÇÕúØóÝóì áóßõãõ ÇáÏøöíäó ÝóáóÇ ÊóãõæÊõäøó ÅöáøóÇ æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæäó


”Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku ! sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (Qs. Al-Baqarah : 132)

Dalam ayat ini, Allah ‘Azza wa Jalla menginformasikan kepada kita bahwa Ibrahim ‘alaihissalam berulang kali atau banyak berwasiat kepada anak-anaknya. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóæóÕøóì ÈöåóÇ ÅöÈúÑóÇåöíãõ Èóäöíåö


”Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya,”

Firman-Nya, ÈöåóÇ “dengan ucapan itu” yakni, ucapan yang disebutkan sebelum ayat ini, yaitu :


ÞóÇáó ÃóÓúáóãúÊõ áöÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó


(“Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam”), atau beliau berwasiat kepada anak-anaknya dengan “Agama ini”, yakni, Millah Ibrahim. (yakni, berpegang teguh terhadapnya). Makna kedua ungkapan ini satu; karena kata Millah Ibrahim-yang disebutkan dalam ayat ke-130, (yaitu, firman-Nya,


æóãóäú íóÑúÛóÈõ Úóäú ãöáøóÉö ÅöÈúÑóÇåöíãó ÅöáøóÇ ãóäú ÓóÝöåó äóÝúÓóåõ


”Dan orang yang membenci millah Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri” (Qs. al-Baqarah: 130), itu adalah apa yang difirmankan Allah dalam ayat ke-131, yaitu :


ÅöÐú ÞóÇáó áóåõ ÑóÈøõåõ ÃóÓúáöãú ÞóÇáó ÃóÓúáóãúÊõ áöÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó


”(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserah dirilah ! “ Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (Tafsir al-Qur’an al-Karim, Ibnu Utsaimin, 2/75).

Wasiat ini disampaikan kepada seluruh anaknya, wasiat ini tidak hanya disampaikan kepada salah seorang anaknya saja, ini menunjukkan sedemikian luar biasa perhatiannya terhadap persoalan ini. (Mafaatiih al-Ghaib, Fakhruddin ar-Raziy, 4/66).

Firman-Nya, æóíóÚúÞõæÈõ ”demikian pula Ya’qub”.
Yakni, Ya’qub juga berwasiat kepada anak-anaknya. Beliau adalah Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim.
Maka, sebagaimana Ibrahim berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula halnya Ya’qub berwasiat pula kepada anak-anaknya, yang berjumlah 12 orang menurut keterangan sejumlah ahli tafsir.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam, keduanya bersambut kata memberikan wasiat kepada anak-anaknya tentang perkara yang sangat penting yaitu, Agama. Seraya berkata,


íóÇÈóäöíøó Åöäøó Çááøóåó ÇÕúØóÝóì áóßõãõ ÇáÏøöíäó ÝóáóÇ ÊóãõæÊõäøó ÅöáøóÇ æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæäó


“Wahai anak-anakku! sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Firman-Nya,


Åöäøó Çááøóåó ÇÕúØóÝóì áóßõãõ ÇáÏøöíäó


”Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu.”
Yakni, agama yang sempurna (Tafsir at-Tahrir Wa at-Tanwir, Ibnu Asyur, 1/709), yaitu agama Islam, yang merupakan agama yang jernih, tidak ada agama selainnya yang diridhai di sisi Allah ‘Azza wa Jalla (Tafsir Abi Sa’ud, 1/164) sebagaimana firman-Nya,


Åöäøó ÇáÏøöíäó ÚöäúÏó Çááøóåö ÇáúÅöÓúáóÇãõ


”Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam.” (Qs. Ali Imran : 19).


æóãóäú íóÈúÊóÛö ÛóíúÑó ÇáúÅöÓúáóÇãö ÏöíäðÇ Ýóáóäú íõÞúÈóáó ãöäúåõ æóåõæó Ýöí ÇáúÂÎöÑóÉö ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíäó


”Dan barangsiapa mencari agama selain islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (Qs. Ali Imran : 85).

Firman-Nya,


ÝóáóÇ ÊóãõæÊõäøó ÅöáøóÇ æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæäó


”Maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
Zhahir ungkapan ini adalah larangan meninggal dunia dalam keadaan selain Islam, sedangkan maksudnya adalah perintah agar menetapi Islam hingga tibanya kematian, seakan-akan dikatakan, “tetaplah kalian berpegang teguh terhadap agama Islam, janganlah kalian berpisah darinya selama-lamanya. (Tafsir Abi Sa’ud, 1/164).

Ini merupakan perintah untuk senantiasa menghiasi diri dengan ajaran Islam pada seluruh waktu sepanjang hidup (At- Tahrir Wa at-Tanwir, Ibnu Asyur, 1/709).
Amalkanlah (ajarannya) secara baik selagi kalian masih hidup, dan berpegang teguhlah kalian padanya agar Allah ‘Azza wa Jalla mengaruniakan kepada kalian meninggal dunia dalam keadaan demikian. Karena, orang –pada ghalibnya- meninggal dunia di atas kebiasaan yang dilakukannya, ia akan dibangkitkan dalam keadaan kala mengakhiri hidupnya. Sungguh, Allah ‘Azza wa Jalla Dzat yang Maha Mulia telah memberlakukan kebiasaan-Nya, bahwasanya barangsiapa bertujuan baik, akan dibimbing kepadanya dan dimudahkan jalannya dan barangsiapa berniat baik akan dikokohkan di atasnya. (Tafsir al Qur’an al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 1/232 ).

Sungguh, wasiat ini merupakan pesan yang sangat berharga dari orang tua kepada anak-anaknya, yang semestinya menjadi pesan pertama hingga terakhir untuk mereka. Pesan ini bukan sekedar pesan biasa, bukan pesan agar beranak pinak banyak, menjadi orang yang dikenal, memiliki kekayaan yang banyak melimpah ruah, pemimpin yang disegani dan pesan lainnya yang bersifat keduniawian yang boleh jadi akan menjadi sebab keturunannya meraih kebahagiaan–menurut sangkaannya– di dalam kehidupan dunia yang fana ini. Padahal, boleh jadi sebaliknya, justru menjadi biang kesengsaraannya, kala pemilik kesemuanya itu tidak terbimbing dengan petunjuk dan bimbingan Allah ‘Azza wa Jalla.
Berbeda ketika sorang terbimbing dengan petunjuk-petunjuk penciptanya, dengan berpegang teguh dengan syariat agamanya, menjaganya dengan pengamalan, penghayatan dan implementasi nyata, sehingga meninggal dunia tetap dalam keadaan tunduk dan patuh berserah diri sepenuhnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya hal itu menjadi kunci kebaikan dan kebahagiaan hidupnya di dunia, bahkan di akhirat sebagai tempat kehidupan yang hakiki nan abadi.

Faedah dan Pelajaran :
Banyak faedah dan pelajaran yang dapat kita petik dari ayat yang mulia ini, yang berisikan wasiat yang agung ini, di antaranya, yaitu :

1. Betapa pentingnya wasiat ini, yakni wasiat untuk berpegang teguh terhadap agama Islam, berserah diri sepenuhnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla sepanjang hidup. Sehingga, hal ini diwasiatkan oleh Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam dan Ya’qub ‘alaihissalam kepada anak-anaknya.

2. Hendaknya setiap orang memperhatikan wasiat seperti ini dengan menyampaikannya kepada orang lain, terlebih kepada anak anaknya, sebagai bentuk peneladanan terhadap Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Ya’qub ‘alaihissalam.

3. Bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memilihkan untuk hamba-hambaNya ‘Azza wa Jalla berupa agama yang lurus yang selaras dengan fithrah manusia yang bila diterapkan ajaran yang terkandung di dalamnya niscaya hal itu akan membawa kepada kemaslahatan yang paripurna dalam kehidupan mereka. Betapa tidak, sementara Allah ‘Azza wa Jalla, Dzat yang mensyariatkan ajaran Islam, menegaskan,


æóÇááøóåõ íóÏúÚõæ Åöáóì ÏóÇÑö ÇáÓøóáóÇãö


”Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam.” (Qs. Yunus : 25).
Yakni, Allah ‘Azza wa Jalla mengajak kalian menuju Surga-surga Nya ‘Azza wa Jalla yang telah Dia siapkan bagi para wali-Nya, (At Tafsir Al-Muyassar,3/397).

Sungguh dengan mengamalkan syariat Islam akan didapatkan kemaslahatan yang paripurna dalam kehidupan, karena ajaran Islam mengajarkan segala kebaikan -yang akan mendekatkan kepada Surga- untuk dilakukan, dan memperingatkan segala hal yang buruk –yang akan mendekatkan ke Neraka-untuk ditinggalkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


ãóÇ ÈóÞöíó ÔóíúÁñ íõÞóÑöøÈõ ãöäó ÇáúÌóäóøÉö æóíõÈóÇÚöÏõ ãöäó ÇáäóøÇÑö ÅöáÇ æóÞóÏú Èõíöøäó áóßõãú


”Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.”(HR. At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, no. 1647) dan Ibnu Hibban (no. 6).

Sungguh dengan mengamalkan syariat Islam akan didapatkan kemaslahatan yang paripurna dalam kehidupan, karena hukum-hukumnya merupakan hukum yang tegak di atas keadilan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada [hukum] Allah ‘Azza wa Jalla bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Al-Ma’idah: 50).

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menafsirkan, “Siapakah yang lebih adil [hukumnya]?!” selain daripada hukum Allah ‘Azza wa Jalla. Adapun maksud “Bagi orang-orang yang yakin” adalah “orang-orang yang meyakini [kebenaran] al-Qur’an.” ( Zaadul Masir Fii ‘Ilmi at-Tafsir, 2/376).

4. Hendaknya setiap insan selalu waspada terhadap dirinya sendiri, jangan sampai meninggal dunia sementara ia dalam keadaan lalai. Apalagi meninggal dunia dalam keadaan kafir, karena meninggal dunia dalam keadaan ini, ia bakal sengsara hidupnya di akhirat kelak. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóãóäú íóÑúÊóÏöÏú ãöäúßõãú Úóäú Ïöíäöåö ÝóíóãõÊú æóåõæó ßóÇÝöÑñ ÝóÃõæáóÆößó ÍóÈöØóÊú ÃóÚúãóÇáõåõãú Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ æóÇáúÂÎöÑóÉö æóÃõæáóÆößó ÃóÕúÍóÇÈõ ÇáäøóÇÑö åõãú ÝöíåóÇ ÎóÇáöÏõæäó


”Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu ia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Qs. al-Baqarah : 217). Semoga Allah ‘Azza wa Jalla mewafatkan kita dalam keadaan Islam, bukan dalam keadaan kafir. Aamiin.

5. Wasiat kedua Nabi ‘alaihimassalam ini disampaikan secara mutlak tanpa terikat dengan waktu dan tempat tertentu, kemudian keduanya ‘alaihimassalam mewanti-wanti anakanaknya dari meninggal dunia dalam keadaan tidak sebagai seorang muslim, ini menunjukkan kesungguhan keduanya dalam memperhatikan perkara ini. Dan, menunjukkan pula bahwa perkara ini merupakan hal yang harus menjadi prioritas perhatian seseorang. Inilah yang menjadi sebab Ibrahim ‘alaihissalam (dan juga Ya’qub ‘alaihissalam) menyampaikan wasiatnya ini secara khusus kepada anak-anaknya (Mafatih al-Ghaib, 4/66).

6. Firman-Nya ‘Azza wa Jalla, Åöäøó Çááøóåó ÇÕúØóÝóì áóßõãõ ÇáÏøöíäó ”sungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu”, merupakan kabar gembira yang akan memperkuat dorongan mereka untuk mencintai apa yang akan dibebankan kepada mereka berupa syariat Islam, karena ketika mereka menyadari bahwa Allah ‘Azza wa Jalla lah yang memilihkan hal itu untuk mereka, niscaya mereka tahu bahwa pasti Allah ‘Azza wa Jalla akan membantu mereka, Allah ‘Azza wa Jalla akan memudahkan mereka untuk melaksanakan apa yang menjadi hak agama-Nya ‘Azza wa Jalla, Islam (Tafsir al-Qusyairiy 1/128). Wallahu a’lam. Redaksi).

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=835