Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Çóáúãóáößõ – Çóáúãóáöíúß (Yang Maha Menguasai)

Selasa, 07 Mei 19

Nama “al-Malik” disebutkan dalam al-Qur’an al-Karim pada lima tempat, di antaranya firman Allah ‘Azza wa Jalla,


åõæó Çááóøåõ ÇáóøÐöí áóÇ Åöáóٰåó ÅöáóøÇ åõæó Çáúãóáößõ ÇáúÞõÏõøæÓõ


Dia-lah Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maharaja Yang Maha Suci. (Qs. Al-Hasyr : 23).
Dan nama “al-Maliik” disebutkan dalam satu tempat yaitu firman-Nya,


Åöäóø ÇáúãõÊóøÞöíäó Ýöí ÌóäóøÇÊò æóäóåóÑò . Ýöí ãóÞúÚóÏö ÕöÏúÞò ÚöäúÏó ãóáöíßò ãõÞúÊóÏöÑò


Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Mahakuasa. (Qs. Al-Qamar : 54-55).

Dua nama ini menunjukkan bahwa Allah adalah pemilik kekuasaan, yaitu penguasa segala sesuatu, yang mengatur di dalamnya tidak ada yang menghalangi ataupun yang merintangi.

Al-Mulku (kekuasaan) kembali kepada tiga hal :

1. Ditetapkannya sifat kekuasaan bagi-Nya yang merupakan sifat-Nya yang agung, yang terdiri dari kesempurnaan dalam kekuatan, kemuliaan, kemampuan, keilmuan, pengawasan, hikmah yang luas, perwujudan kehendak, pengaturan,kasih sayang, hukum yang merata pada semua alam semesta, di dunia dan di akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóáöáóøåö ãõáúßõ ÇáÓóøãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö æóÇááóøåõ Úóáóì ßõáöø ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ


Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Qs. Ali Imran : 189).


Çáúãõáúßõ íóæúãóÆöÐò ÇáúÍóÞõø áöáÑóøÍúãóäö


Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Rabb Yang Maha Pemurah. (Qs. Al-Furqan : 26).


áöãóäö Çáãõáßõ Çáíóæãó áöáøåö ÇáæóÇÍöÏö ÇáÞóåóøÇÑö


Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan. (Qs. Al-Ghafir : 16).

2. Semua Makhluk, baik para raja maupun budaknya, selalu membutuhkan-Nya.
Tidak ada satu pun yang bisa keluar dari kekuasaan-Nya dan tidak ada satu makhluk pun yang tidak membutuhkan-Nya dalam hal pengadaan, bantuan, kemaslahatan, dan menolak bahaya, serta anugerah dan pemberian.

Allah Ta’ala berfirman, (artinya) “Dan Maha suci (Rabb) Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari Kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Qs. Az-Zukhruf : 85).


íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáäóøÇÓõ ÃóäúÊõãõ ÇáúÝõÞóÑóÇÁõ Åöáóì Çááóøåö æóÇááóøåõ åõæó ÇáúÛóäöíõø ÇáúÍóãöíÏõ


Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji. (Qs. Al-Fathir : 15).
Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui/ (Qs. Al- Ankabut : 60).

3. Bagi-Nya pengaturan yang pasti terlaksana.
Dia menakdirkan bagi makhluk-Nya apa yang Dia kehendaki dan menghukumi dengan apa yang Dia inginkan. Tidak ada yang dapat menolak takdir-Nya, tidak ada yang mampu mengalahkan hukum-Nya, bagi-Nya hukum yang berlaku pada makhluk, baik secara syar’i ataupun kauni dan sebagai pembalasan.
a. Bagi-Nya hukum-hukum takdir, yang berlaku semua takdir, pengadaan, pertolongan, penghidupan dan pematian dan lain sebagainya dari ketentuan takdir-Nya.
b. Bagi-Nya hukum-hukum syariat, yang Dia mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya, serta mensyariatkan berbagai bentuk syariat. Dia menciptakan makhluk dan memerintahkan mereka untuk berjalan di atas hukum-Nya dalam masalah akidah, akhlak, ucapan, perbuatan, yang lahir maupun yang batin dan melarang mereka dari melampaui hukum-Nya ini.
c. Bagi-Nya hukum pembalasan, yaitu pembalasan atas semua perbuatan yang baik maupun yang jelek di dunia dan di akhirat. Memberikan pahala kepada yang berbuat taat dan menyiksa yang berbuat maksiat. Semua hukum-hukum Allah ini mengikuti kepada keadilan, hikmah-Nya, dan semuanya termasuk dalam makna kekuasaan-Nya.

Di antara makna kekuasaan-Nya adalah diturunkannya kitab-kitab-Nya dan diutusnya para rasul-Nya, memberi hidayah kepada makhluk-Nya, meluruskan orang yang tersesat, menegakkan hujjah dan keterangan kepada orang-orang yang menentang dan sombong, meletakkan pahala dan siksa pada tempatnya, menempatkan segala perkara pada posisinya, dan lain sebagainya dari bentuk pengaturan dan perbuatan dalam kekuasaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya hakikat kekuasaan itu bisa sempurna dengan adanya pemberian, pencegahan, pemuliaan, penghinaan, pemberian pahala dan siksa, kemurkaan, keridhaan, penguasaan, pencabutan, pemuliaan orang yang berhak dimuliakan dan penghinaan kepada yang berhak untuk dihinakan. Allah Ta’ala berfirman, (artinya) “Katakanlah: Wahai Rabb yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki. Dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang kepada malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan. (Qs. Ali Imran : 26-27).

Dia mengampuni dosa, mengentaskan kesedihan, menyingkap kesusahan, menolong orang yang terzhalimi, mencegah orang yang berbuat zhalim, menjadikan kaya orang yang miskin, memenuhi kebutuhan yang kurang, menyembuhkan yang sakit, menerima permintaan maaf orang yang salah, memuliakan yang hina, menghinakan yang mulia, memberi orang yang meminta, meruntuhkan suatu negeri dan menegakkan yang lain, mempergilirkan waktu bagi manusia, mengangkat derajat sebagian orang, menghinakan sebagian yang lain. Dia menjalankan takdir yang telah Dia tulis 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi sesuai dengan waktunya, tidak ada yang dimajukan atau diakhirkan sedikitpun. Bahkan semuanya berjalan sebagaimana telah dicatat dalam kitab-Nya (Lauhul Mahfuzh), yang telah ditulis oleh pena-Nya, berlaku semua ketetapan-Nya dan telah berlalu ilmu-Nya. Dialah yang mengatur dalam kerajaan-kerajaan ini semua, pengaturan Dzat yang menguasai, yang mampu, yang perkasa, yang adil dan pengasih dengan pengaturan yang sempurna, yang tidak ada yang dapat menandingi dan melawan-Nya. Pengaturan-Nya dalam kerajaan-Nya berkisar antara keadilan, kebaikan, hikmah, maslahat, dan kasih sayang-Nya, dan tidak akan mungkin keluar dari semua ini. (Thariiqu al-Hijratain, hal. 115-116).

Berulang kali disebutkan dalam al-Qur’an al-Karim penjelasan bahwa keesaan Allah dalam kekuasaan-Nya yang tidak ada sekutu bagi-Nya merupakan dalil yang jelas tentang wajibnya mengesakan Allah dalam beribadah, (Allah berfirman, artinya) “Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Rabbmu, Rabb yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan?” (Qs. Az-Zumar : 6).
Dan, bahwasanya beribadah kepada selain-Nya yang tidak memiliki kemudharatan dan kemanfaatan, kehidupan dan kematian serta kebangkitan, merupakan kesesatan dan kebatilan. Selain itu, telah disebutkan dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menjelaskan dan menekankan akan hakikat ini.

Allah ta’ala berfirman, (artinya) “Namun mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), padahal mereka (tuhan-tuhan itu) tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiripun diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat (mendatangkan) manfaat serta tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” (Qs. Al-Furqan : 3).
“Katakanlah (Muhammad), “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat menimbulkan bencana kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?” Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Qs. Al-Maidah : 76).
Katakanlah (Muhammad), “Panggilah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengubahnya. (Qs. Al-Isra : 56).
Katakanlah (Muhammad), “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah !, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarahpun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Qs. Saba ‘ : 22), maknanya, mereka tidak memiliki sedikitpun meski sebiji atom secara sendirinya, dan juga tidak memilikinya meski secara gabungan. Manusia tidak memiliki sesuatu apa pun dalam kehidupan ini melainkan dengan apa yang diberikan oleh Allah untuknya.
Allah Ta’ala berfirman, (artinya), “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Ali Imran : 26).

Oleh karena itu, siapa saja yang tidak memiliki di dunia ini meskipun sebiji atom, maka tidak boleh untuk diserahkan salah satu bentuk ibadah kepadanya, karena ibadah adalah hak Yang Mahakuasa, Yang Mahaagung, Yang Mahapencipta, dan Yang Mahamulia, Yang Mahamengatur alam semesta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang hak kecuali Dia. Allahu a’lam.
(Redaksi)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=825