Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Menutup Ketaatan dengan Istighfar

Kamis, 03 Januari 19

Banyak disebutkan di dalam al-Qur’an perintah untuk beristighfar, dorongan dan motivasi untuk melakukannya, penjelasan mengenai buah dan pengaruhnya, terlebih dalam hal mengakhiri beragam bentuk ketaatan dan ketika dapat menyempurnakan beragam bentuk ibadah.

Sungguh, termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menutup beragam amal shaleh dengan beristighfar. Sebagaimana telah valid di dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila selesai mengerjakan shalat wajib, beliau beristighfar sebanyak 3 kali.

Telah valid pula penutupan shalat malam dengan “istighfar”. Allah Subhanahu wa Ta’ala befirman,


æóÇáúãõÓúÊóÛúÝöÑöíäó ÈöÇáúÃóÓúÍóÇÑö


"Dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur." (Qs. Ali Imran : 17).

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa mereka melakukan shalat tahajjud dan beribadah kepada-Nya, namun mereka menilai bahwa diri mereka kurang sempurna dalam melakukannya, maka mereka pun beristighfar (memohon ampun kepada-Nya). Dan, oleh karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menutup surat al-Muzammil-yang merupakan surat Qiyamullail- dengan firman-Nya,


æóÇÓúÊóÛúÝöÑõæÇ Çááøóåó Åöäøó Çááøóåó ÛóÝõæÑñ ÑóÍöíãñ


"Dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Muzammil : 20).

Disyariatkan pula bagi orang yang berwudhu untuk menutup wudhunya dengan taubat, karena perkara terbaik untuk menutup amal adalah taubat dan istighfar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa berwudhu, ia memperbagus wudhunya, kemudian ia mengucapkan,


ÃÔúåóÏõ Ãäú áÇ Åáå ÅöáÇøó Çááøóåõ æóÍúÏóåõ áÇ ÔóÑöíß áóåõ ¡ æÃÔúåóÏõ Ãäøó ãõÍóãøóÏÇð ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæáõåõ ¡ Çááøóåõãøó ÇÌúÚóáúäöí ãöäó ÇáÊóæøóÇÈöíäó ¡ æÇÌúÚóáúäí ãöäó ÇáãõÊóØóåøöÑöíäó


(Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nyaæ dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikan pula aku termasuk orang-orang yang mensucikan diri), niscaya dibukakan untuknya 8 pintu Surga, ia dapat masuk dari pintu mana saja yang diinginkannya." (HR. at-Tirmidzi, no. 50).

Dalam ayat-ayat tentang Haji, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


Ëõãøó ÃóÝöíÖõæÇ ãöäú ÍóíúËõ ÃóÝóÇÖó ÇáäøóÇÓõ æóÇÓúÊóÛúÝöÑõæÇ Çááøóåó Åöäøó Çááøóåó ÛóÝõæÑñ ÑóÍöíãñ


"Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Baqarah : 199).

Syaikh as-Sa’diy di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa hikmah dilakukannya istighfar ketika itu agar menjadi penambal kekurangan yang dilakukan oleh seorang hamba, dan karena terjatuhnya dirinya ke dalam sikap kurang sempurna, maka permohonan ampun dilakukan karena terjadinya kesalahan atau kekurangan seorang hamba dalam mengerjakan ibadah, dan mengingat Allah merupakan kesyukuran kepada Allah atas pemberian nikmat-Nya kepada dirinya berupa taufik untuk melaksanakan ibadah yang agung tersebut dan beragam kenikmatan lainnya yang agung. Demikian pula hendaknya yang dilakukan oleh seorang hamba setiap kali usai dari suatu peribadatan untuk beristighfar kepada Allah atas kekurangan dalam melakukan ibadah tersebut dan bersyukur kepada-Nya atas taufik dan bimbingan yang diberikan kepadanya, jangan seperti orang yang melihat bahwa dirinya telah dengan sempurna melakukan ibadah. Hal ini merupakan indikasi pelakunya akan mendapatkan kemurkaan dan ditolaknya amal yang dilakukannya tersebut sebagaimana kondisi yang pertama merupakan indikasi diterimanya amal dan taufik untuk melakukan amal shaleh yang lainnya.

Termasuk petunjuk Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pula adalah menutup majlisnya dengan “istighfar”. Abu Barzah al-Aslamiy berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berucap -pada akhir majlis ketika hendak bangkit dari majlisnya- :


ÓõÈúÍóÇäóßó Çááøóåõãøó æóÈöÍóãúÏößó ÃÔúåóÏõ Ãäú áÇ Åáåó ÅöáÇøó ÃäúÊó ÃÓúÊóÛúÝöÑõßó æóÃóÊõæÈõ Åáóíúßó


Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu. (Sunan Abu Dawud, no. 4859).

Abu Dawud juga meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa yang duduk di sebuah majelis lalu dia banyak berbuat kekeliruan di dalamnya, akan tetapi sebelum berdiri dia membaca,


ÓõÈúÍóÇäóßó Çááøóåõãøó æóÈöÍóãúÏößó ¡ ÃÔúåóÏõ Ãäú áÇ Åáåó ÅöáÇøó ÃäúÊó ¡ ÃÓúÊóÛúÝöÑõßó æóÃóÊõæÈõ Åáóíúßó ¡ ÅöáÇøó ÛõÝöÑó áóåõ ãóÇ ßóÇäó Ýí ãóÌúáöÓöåö Ðóáößó


(Maha Suci Engkau wahai Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Engkau, aku meminta ampun serta bertaubat kepada-Mu), melainkan diampuni dosa yang dia perbuat dalam majelisnya itu." (Sunan Abu Dawud, no. 4858).

Bahkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menutup hidupnya yang penuh perwujudan penghambaan diri kepada Allah dan kesempurnaan ketaatan dengan istighfar. Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebelum beliau wafat, -sedangkan dirinya mendekat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sementara Beliau dalam keadaan menyandarkan punggungnya kepada ‘Aisyah-, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan,


Çááóøåõãóø ÇÛúÝöÑú áöí æóÇÑúÍóãúäöí æóÃóáúÍöÞúäöí ÈöÇáÑóøÝöíÞö ÇáÃóÚúáóì


"Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukanlah aku dengan ar-rafiiq al-A’laa." (Shahih al-Bukhari, no. 4440).

Menutup amal shaleh dengan istighfar juga merupakan tradisi para Salafu ash-Shaleh.

Ibnu Rajab berkata, "Para salaf berpandangan bahwa barangsiapa meninggal dunia setelah melakukan suatu amal shaleh; seperti puasa Ramadhan, atau setelah menunaikan ibadah haji atau umrah, diharapkan ia akan masuk Surga. Di samping kala mereka dalam kondisi sehat, mereka sedemikian bersungguh-sungguh untuk beramal shaleh, mereka juga selalu memperbaharui taubat dan istighfar ketika kematian akan datang menjemput mereka, mereka menutup amal-amal mereka dengan istighfar dan kalimat tauhid."

Adalah Amir bin Abdillah kala menjelang kematiannya, ia menangis dan mengatakan, "Untuk menghadapi semisal kematian ini, maka hendaklah beramal orang-orang yang beramal. Ya Allah, sungguh aku memohon ampun kepadamu dari tindakan kekurangan dan pengabaian yang aku lakukan dan aku bertaubat kepada-Mu dari semua dosa-dosaku, tidak ada sesembahan yang hak untuk diibadahi selain Allah. Kemudian, beliau mengulang-ulangi pernyataan tersebut hingga beliau meninggal dunia."

Saat menjelang kematian, Amr bin al-Ash berkata, "Ya Allah, Engkau memerintahkan kami namun kami justru menentang-Mu, Engkau melarang kami namun justru kami melakukannya, sementara tidak ada yang dapat melapangkan kami kecuali pemaafan dari- Mu, tidak ada sesembahan yang hak untuk diibadahi kecuali Allah, kemudian beliau mengulang-ulangi pernyataannya tersebut hingga beliau meninggal dunia." (Lathaa-if al-Ma’arif, hal. 362).

Keberkahan istighfar yang akan dipetik oleh pelakunya tidaklah terbatas dan tak terhingga jumlahnya dalam penyempurnaan amal shaleh dan penambalan kekurangan, serta peningkatan derajat kedudukan, seperti yang dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, "Istighfar mengeluarkan seorang hamba dari perbuatan yang makruh kepada perbuatan yang dicintai, dari amal yang kurang kepada amal yang sempurna, seorang hamba terangkat dari kedudukan yang rendah kepada kedudukan yang tinggi dan lebih sempurna. Sesungguhnya, seorang yang menghambakan diri kepada Allah dan mengenal Allah di setiap hari, bahkan di setiap waktu, bahkan setiap saat, menambah ilmu tentang Allah dan menambah pengetahuannya tentang agamanya dan penghambaan dirinya kepada Allah di mana hal tersebut didapati dalam aktivitas makan dan minumnya, tidur dan sadarnya, serta pada perkataan dan perbuatannya. Ia memandang kekurangannya dalam menghadirkan hatinya dalam momentum-momentum yang agung dan dalam memberikan hak-haknya. Maka, ia sangat membutuhkan untuk beristighfar sepanjang malam dan siang. Bahkan, ia selalu sangat membutuhkannya dalam perkataan dan segala keadaan keadaannya, saat berkesendirian dan saat disaksikan oleh orang lain, karena di dalamnya terdapat beragam kemaslahatan dan kebaikan, menolak keburukan, menambah kekuatan dalam aktivitas hati, badan dan keyakinan." (Majmu’ al-Fatawa, 11/696).

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan bagi orang-orang yang banyak beristighfar berupa pahala yang besar, karunia yang mulia yang tidak mungkin terhitung jumlahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


æóãóäú íóÚúãóáú ÓõæÁðÇ Ãóæú íóÙúáöãú äóÝúÓóåõ Ëõãóø íóÓúÊóÛúÝöÑö Çááóøåó íóÌöÏö Çááóøåó ÛóÝõæÑðÇ ÑóÍöíãðÇ


"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. An-Nisa : 110).

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,


æóãóÇ ßóÇäó Çááøóåõ áöíõÚóÐøöÈóåõãú æóÃóäúÊó Ýöíåöãú æóãóÇ ßóÇäó Çááøóåõ ãõÚóÐøöÈóåõãú æóåõãú íóÓúÊóÛúÝöÑõæäó


"Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (Qs. Al-Anfal : 33).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh ‘alaihissalaam, yang artinya, "Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (Qs. Nuuh : 10-12).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


ØõæÈóì áöãóäú æóÌóÏó Ýí ÕóÍöíÝóÊöåö ÇÓúÊöÛúÝóÇÑðÇ ßóËöíÑðÇ


"Beruntunglah bagi orang yang mendapati di dalam catatan amalnya istighfar yang banyak." (Sunan Ibni Majah, no. 3818).

Oleh kerena itu, seorang mukmin hendaknya melazimi istighfar dan memperbanyak mengucapkannya, terlebih saat menutup beragam ketaatan yang dilakukannya untuk menambal kekurangan yang terjadi di dalamnya, dan untuk menyempurnakan ketaatan dan ibadah kepada-Nya, dan agar mendapatkan keuntungan berupa pahala yang melimpah serta agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taubat kepadanya.

Kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang gemar bertaubat, banyak bertaubat dan memohon ampun. Semoga Allah memberikan taubat kepada kita, sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.

(Redaksi)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=802