Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Rahasia Membaca Beberapa Surat Pada Hari Jum’at (bag.1)

Kamis, 02 April 15

Beberapa surat terdengar seorang mukmin pada hari Jum’at, baik karena ia membacanya sendiri seperti surat al-Kahfi, atau ia mendengarkannya dari bacaan imam masjid pada waktu shalat Subuh atau shalat Jum’at, atau mendengarnya pada saat Khatib berkhutbah. Ada 8 (delapan) surat yang dibaca Rasulullah dan beliau menganjurkan kepada kita agar membacaya pada hari Jum’at. Delapan surat tersebut ada yang Makkiyyah, yaitu ; Surat as Sajdah, Qaaf, al-Kahfi, al-A’la, dan al-Ghosyiyah. Ada juga yang Madaniyyah, yaitu ; Surat al-Jumu’ah, al-Munafiqun dan al-Insan.

Sebagai bentuk keimanan seorang hamba adalah bahwa setiap amal yang Allah atau rasulNya perintahkan itu terkandung hikmah dan makna yang sebagiannya nampak jelas sejak awal bagi orang yang mau merenungkan dan mantadabburinya, namun sebagian yang lainnya membutuhkan kepada olah pikir untuk menemukan hikmah dan maknanya, serta mengambil kesimpulan hukumnya. Oleh karena itu, kita akan berusaha mentadabburi kedelapan surat ini agar kita dapat melihat beberapa rahasia di baliknya.

Kedelapan surat tersebut memiliki kesamaan dalam hal bahwa surat-surat tersebut mengingatkan manusia tentang masalah yang cukup besar dalam kehidupannya yang hendaknya diulang terus untuk didengarkan oleh telinga seorang yang beriman secara berkesinambungan sehingga terpatri dalam jiwanya dan hilanglah segala bentuk keraguan. Di samping itu, diharapkan –dengan diperdengarkannya surat-surat tersebut secara berulang-ulang akan mempola kesadaran seorang mukmin yang biasa menghadiri shalat secara berjama’ah.

Pertama, Surat al-Kahfi
Pada ghalibnya orang-orang yang mentadabburi surat ini mereka berpendapat bahwa maksud yang terkandung dalam ayat-ayat dalam surat ini adalah memberikan bimbingan mengenai bagaimana caranya agar selamat dan terjaga dari fitnah dengan berbagai bentuknya. Dalam surat ini terdapat empat contoh bentuk fitnah yang mana merupakan fitnah terbesar yang seseorang diuji dengannya dalam kehidupannya, yaitu :

a. Fitnatu Ad Diin (cobaan dalam urusan agama) dalam kisah ash-habul Kahfi, bagaimana berpegang teguh terhadap Allah dalam menghadapi fitnah, mereka lari dari kekufuran kaumnya, maka Allah melindungi mereka dan menyelamatkan mereka.

b. Fitnatu al-maal (cobaan dalam urusan harta) dalam kisah dua pemilik kebun, bagaimana seseorang gagal dalam menghadapi cobaan ini, Allah membinasakan hartanya.

c. Fitnatul Ilmi (cobaan dalam urusan Ilmu) dalam kisah Khodhir bersama Musa, dan bagaimana Khodhir bersyukur (kepada Allah) akan nikmatNya ini.

d. Fitnatu al-Mulki (cobaan dalam urusan kekuasaan) dalam kisah Dzulqornain, dan bagaimana Dzul Qornain selamat dari fitnah yang satu ini disebabkan kesyukurannya terhadap nikmat yang agung ini dan pendayagunaannya dalam hal ketaatan kepada Allah ta'ala.

Makna-makna yang agung ini, seorang mukmin membutuhkan kepada pengingatannya secara berkesinambungan. Maka, disyariatkan membacanya pada setiap kali hari jumat. Dan, pada nama surat ini terdapat sesuatu yang menunjukkan tema-tema yang ada di dalamnya dan maksudnya. Nama surat ini yaitu, “al-Kahfi” (yang berarti gua, tempat belindung, lubang, rongga), maka ia adalah penjagaan -pada ghalibnya- yang bersifat materil bagi siapa yang memasuki tempat tersebut. Dan, begitu pula makna-makna dan ayat-ayat surat ini merupakan penjagaan dari fitnah bagi siapa yang membacanya dan merenungkan isinya, dan termasuk fitnah terbesar adalah fitnah Dajjal, oleh karenanya Nabi bersabda, “siapa di antara kalian yang menjumpainya-yakni : Dajjal-, hendaklah ia membaca beberapa ayat permulaan surat al-Kahfi” (HR. Muslim, 2936) dan dalam sebuah riwayat “ siapa yang membaca sepuluh ayat terakir dari surat al-Kahfi maka sesungguhnya hal tersebut merupakan perlindungan baginya dari Dajjal (HR. an Nasa-i dalam “Amal al-Yaum Wa al Lailati ”, no. 948).

Dan, di sela-sela surat ini Allah mewanti-wanti adanya godaan setan dan mengisyaratkan adanya penyelisihannya (terhadap Rabbnya) serta permusuhannya terhadap manusia dalam firmanNya,


æóÅöÐú ÞõáúäóÇ áöáúãóáóÇÆößóÉö ÇÓúÌõÏõæÇ áöÂÏóãó ÝóÓóÌóÏõæÇ ÅöáøóÇ ÅöÈúáöíÓó ßóÇäó ãöäó ÇáúÌöäøö ÝóÝóÓóÞó Úóäú ÃóãúÑö ÑóÈøöåö ÃóÝóÊóÊøóÎöÐõæäóåõ æóÐõÑøöíøóÊóåõ ÃóæúáöíóÇÁó ãöäú Ïõæäöí æóåõãú áóßõãú ÚóÏõæøñ ÈöÆúÓó áöáÙøóÇáöãöíäó ÈóÏóáðÇ


Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Kahfi : 50)

Kedua, Surat as-Sajdah
Ayat-ayat dalam surat ini berkisar tentang penjelasan mengenai hakikat penciptaan, kondisi manusia di dunia dan di akhirat dengan penjelasan yang memadai, menjauhkan segala bentuk pemikiran yang menyimpang dari jiwa seseorang yang berusaha menyelinap ke dalam otak seorang yang beriman dalam percaturan percokolan pemikiran dan globalisasi kebudayaan. Ayat dalam surat ini merinci bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, bagaimana Allah menciptakan manusia pada awalnya dari tanah, dan menciptakan keturunannya dari air yang hina dengan perincian yang demikian indah yang menenteramkan hati seorang mukmin, yang akan semakin menambah kebergantungan seorang hamba kepada Rabbnya, ia tak berdaya kecuali tersungkur sujud di hadapaNya, dan oleh karena itu dinamakan surat as Sajdah dan disyariatkan melakukan sujud tilawah ketika seseorang membaca ayat ke-15 surat ini.

Ketiga, Surat Qaaf
Surat Qaaf, nabi membacanya pada banyak kesempatan Khutbah Jum’at, Ummu Hisyam bintu Haritsah menyebutkan sebuah hadis yang menunjukkan banyaknya pengulangan nabi membaca surat Qaaf ketika khutbah Jum’at, ia berkata,


æãÇ ÃóÎóÐúÊõ {Þ æÇáÞÑÂä ÇáãÌíÏ} ÅáÇ Úáì áÓÇäö ÑÓæá Çááå - Õáì Çááå Úáíå æÓáã - ßÇä íÞÑÄåÇ ßáøó íæãö ÌãÚÉò Úáì ÇáãäÈÑö ÅÐÇ ÎóØóÈó ÇáäÇÓó


Dan tidaklah aku hafal Þ æÇáÞÑÂä ÇáãÌíÏ (Surat Qaaf) kecuali melalui lisan Rasulullah beliau sering kali membaca surat tersebut di hari jum’at di atas mimbar ketika berkhutbah kepada khalayak (HR. Muslim, no. 378)

Ayat-ayat dalam surat ini berkisar tentang penjelasan hakikat (hari) kebangkitan dan hari akhir dengan berdalil kepada hari akhir dan kebangkitan setelah kematian, berdalil dengan tauhid rububiyyah untuk tauhid uluhiyyah.

Keempat, Surat al-Jumu’ah
Surat ini dinamakan dengan Surat al-Jumu’ah karena adanya menyebutan hari jum’at di dalamnya, dan surat ini menguatkan pentingnya pengingatan ummat pada hari yag agung ini tentang kenikmatan Allah kepada ummat ini berupa diutusnya Muhammad, dan bahwa Allah telah menjadikannya petunjuk untuk ummat ini setelah kesesatan yang nyata yang dialami ummat ini. Tidak diragukan bahwa ini termasuk masalah yang besar dalam kehidupan seorang yang beriman yang tidak selayaknya hal ini hilang dari memori akal mereka. Oleh karenanya, surat ini disyariatkan agar dibaca ketika shalat Jum’at.

Kelima, Surat al-Munafiqun
Surat ini menekankan pada pengungkapan borok orang-orang munafiq dan penjelasan mengenai hakikat mereka sebenarnya, sifat mereka yang paling kentara. Hal ini agar menjadi peringatan tentang sekelompok orang yang sangat berbahaya yang dapat menghancurkan Islam dari dalam, serta menjelaskan kepada orang-orang yang beriman bahwa benteng pertahanan kita terancam akan dirobohkan dari dalam oleh orang-orang munafiq itu dikarenakan besarnya bahaya mereka dan tak terlepasanya mereka dari kehidupan bermasyarakat sejak masa nabi hingga hari ini, maka disyariatkanlah peringatan secara berulang kali tentang mereka dan bahayanya dengan membacakan surat ini pada saat shalat Jum’at.

Keenam, Surat al-Insan
Surat ini menekankan pada pengingatan manusia tentang asal usul penciptaannya, dan menjelaskan pula tentang apa yang akan didapatkan di akhirat serta perjalanan hidupnya di akhirat kelak, agar senantiasa waspada dan jelas urusannya. Allah telah menjabarkan dalam surat ini bagaimana Dia mengawali penciptaan manusia, dan bagaimana Allah membagi manusia ada yang beriman lagi bersyukur dan ada yang kafir lagi mengingkari, dan dijelaskan juga tentang kesudahan kedua kelompok tersebut. Allah menyebutkan cukup panjang mengenai perjalanan penghuni Surga agar menjadi penyemangat dan sesuatu yang dirindukan oleh orang-orang yang beriman. Di dalamnya juga diisyaratkan tentang nikmat turunnya al-Qur’an dan wajibnya bersabar ketika mengamalkannya.
Bersambung, insya Allah…(Redaksi)

Sumber :
Min Asrori Qira-ati Ba’dhi as Suwari Yauma al-Jum’ah, Dr. Abdurrahman bin Mu’adhoh asy Syahriy, di http://www.tadabbor.com/article.php?id=122, dengan gubahan.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=778