Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

BERKREASI DALAM IBADAH

Senin, 09 Maret 09
[P]Allah Ta’ala berfirman, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. al-Maaidah: 67).

Al-Imam Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat di atas, “Allah Ta’ala berfirman dengan mengajak berbicara hamba-Nya dan rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentang risalah (misi kenabian), Allah Ta’ala memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyampaikan seluruh apa yang telah Allah Ta’ala turunkan kepadanya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaksanakan seluruh apa yang telah diperintahkan dengan melaksanakan secara sempurna”.

Al-Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya menyebutkan ucapan Imam Zuhri yang berkaitan dengan ayat di atas. Imam Zuhri berkata, “Allah Ta’ala mengaruniakan risalah (misi kenabian), dan kewajiban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyampaikannya, sedang kewajiban kita tunduk dan patuh kepadanya”.

Misi kenabian yang Allah Ta’ala sampaikan kepada para nabi dan rasulNya telah Dia gariskan dan tetapkan di dalam al-Quran. Firman Allah Ta’ala, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. an-Nahl: 36).

Firman Allah Ta’ala, “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. al-Imron: 164).

Risalah Allah Ta’ala tersebut berupa aspek koknitif, psikomotorik dan afektif. Aspek koknitif berupa membaca al-Qur’an dan mempelajari kandungan isinya serta mempelajari al-Hikmah (Sunnah/Hadits). Aspek psikomotor berupa pengamalan dari apa yang dibaca dan difahami dari kandungan al-Quran dan al-Hikmah, pengamalan tersebut berdasarkan dua kaidah dasar yang harus ada di dalamnya. Kaidah tersebut adalah beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan menghindarkan diri dari segala macam kesyrikan dan penyelewangan ibadah kepada selain Allah Ta’ala.

Sedang aspek afektif berupa motor penggerak dari seluruh aspek-aspek tersebut, yaitu meyakini akan perkara-perkara tersebut dan mengimaninya bahwa hal itu dari Allah Ta’ala dan untuk Allah Ta’ala, serta buah yang akan dihasilkan darinya, berupa sucinya hati dan pikiran seseorang.

Tugas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyampaikan seluruh wahyu-wahyu yang telah diturunkan kepadanya secara menyeluruh, Allah Ta’ala berfirman, “Maka tidak ada kewajiban atas Para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (QS. an-Nahl: 35).

Firman Allah Ta’ala, “Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (QS. an-Nur: 54).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan kepada kita seluruh apa yang telah diwahyukan kepadanya, tidak ada sedikitpun yang tersisa dari syari’at Islam kecuali telah dijelaskan dan disampaizkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umat, tanpa dikurangi dan dilebihi.

Dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saya tinggalkan untuk kalian putih jernih, malam harinya seperti siangnya, tidak ada yang berpaling darinya kecuali dia akan binasa”. (HR. Ibnu Abi ‘Ashib dan diShahihkan Syaikh al-Albani).

Imam Muslim dalam kitab shahihnya menyebutkan hadits dari Abu Darda’, bahwa beliau berkata, dikatakan kepadanya, “Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai buang air besar”. (HR. Muslim).

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun sebelum saya kecuali dia berkewajiban menunjukan kepada umatnya atas kebaikan yang telah dia ketahuinya untuk mereka, dan menghindarkan mereka dari kejelekan yang diketahuinya untuk mereka”. (HR. Muslim).

Dengan demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaksanakan amanah yang telah diberikan kepadanya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan umatnya perkara-perkara yang menjadi tujuan utama diciptakan manusia, yaitu hanya beribadah kepada Allah Ta’ala. Bahkan sampai perkara terkecilpun telah disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bagaimana adab-adab yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim ketika buang hajat, apalagi hal-hal yang sangat prinsip dalam beribadah dan beraqidah serta berakhlaq.

Sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama Islam ini dan meridhainya sebagai pegangan hidup umat islam. Firman Allah Ta’ala, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu”. (QS. al-Maidah: 3).

Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Firman Allah Ta’ala (Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu) yaitu Islam, Allah Ta’ala telah mengkhabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang mukmin bahwa Allah Ta’ala telah menyempurnakan keimanan untuk mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan penambahan sama sekali, dan Allah Ta’ala telah menyempurnakannya sehingga tidak menguranginya sama sekali, dan telah meridhainya, sehingga tidak murka sama sekali ”.

Al-Imam Malik berkata, “Allah Ta’ala telah menurunkan (Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu), sesuatu yang tidak menjadi agama pada waktu itu, maka pada hari inipun tidak bisa dijadikan agama, dan perkara umat ini tidak akan benar kecuali dari kebenaran yang telah ada pada (generasi) sebelumnya”.

Tinggal satu pertanyaan di benak kita, jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan seluruh syariat Islam, dan Allah Ta’ala telah menyempurnakannya, apa kewajiban kita terhadap hal ini?.

Firman Allah, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (QS. al-An’Am: 153).

Firman Allah Ta’ala, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. al-Ahzab: 36).

Firman Allah Ta’ala, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS. an-Nuur: 63).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saya wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala dan mendengar dan taat walaupun dia (seorang pemimpin) adalah budak dari afrika, sesungguhnya diantara kalian yang hidup sesudahku akan melihat banyak perselisihan, oleh karena itu wajib bagi kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafa rasyidun yang telah mendapatkan petunjuk dan mempunyai kematangan, pegangilah ia dengan kuat seperti kalian menggigit dengan gigi geraham, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru (amalan/ ibadah yang tidak ada petunjuknya dalam al-Quran dan Sunnah) karena sesungguhnya seluruh perkara yang baru adalah bid’ah, dan seluruh bid’ah itu menyesatkan”. (Hadits Shahih riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang melakukan sesuatu amalan yang tidak ada tuntunannya dariku, maka amalan itu akan tertolak” (HR. Muslim).

Abdullah bin Mas’ud Ta’ala berkata, “Ikutilah al-Quran dan Sunnah dan jangan berbuat bid’ah, karena al-Quran dan Sunnah telah cukup buat kalian”.

Abdullah bin Umar bin al-Khoththob radhiallahu ‘anhuma berkata, “Seluruh bid’ah itu adalah menyesatkan, walaupun manusia menganggapnya baik”.

Oleh : Nizar Saad Jabal
Sumber: Disarikan dari berbagai sumber.



Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=519