Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Istiqamahlah !

Jumat, 19 April 24
***


Úóäú ÓõÝúíóÇäó Èúäö ÚóÈúÏö Çááåö ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ ÞóÇáó: ÞõáúÊõ íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó: "Þõáú áöí Ýöí ÇáúÅöÓúáóÇãö ÞóæúáÇð áóÇ ÇóÓúÃóáõ Úóäúåõ ÃóÍóÏÇð ÛóíúÑóßó" ÞóÇáó Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó: "Þõáú: ÂãóäúÊõ ÈöÇááåö Ëõãøó ÇÓúÊóÞöãú"(1) [ÑóæóÇåõ ãõÓúáöãñ].


Dari Utsman bin Abdillah-semoga Allah meridhainya-, ia berkata, aku pernah mengatakan (kepada Nabi) ‘Ya, Rasulullah !- Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- katakanlah kepadaku satu perkataan tentang Islam yang aku tidak akan bertanya tentangnya kepada seorang pun selain Anda.’ Beliau - Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- pun bersabda, “ Katakanlah olehmu ‘Aku beriman kepada Allah’ kemudian istiqamahlah ! ‘ (HR. Muslim) [1]
***

Maka, hadis ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa seorang hamba diperintahkan agar beristiqamah di atas ketaatan setelah beriman kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- (yaitu) dengan mengerjakan hal-hal yang diperintahkan dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang. Dan yang demikian itu dengan melazimi titian jalan yang lurus, yang merupakan agama yang lurus, tanpa melenceng darinya, tidak ke kanan dan tidak pula ke kiri.

Dan bila seorang muslim telah hidup di bulan Ramadhan, di mana ia telah meramaikan siang harinya dengan puasa dan meramaikan malamnya dengan shalat malam, dan ia pun telah membiasakan dirinya di atas tindakan kebaikan, maka hendaknya ia senantiasa melazimi ketaatan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-selalu. Karena, inilah seharusnya keadaan seorang hamba. Karena, Rabb (Tuhan) bulan-bulan itu satu, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memantau dan menyaksikan para hamba-Nya.

Dan sesungguhnya keistiqamahan seorang muslim pasca Ramadhan dan kebaikan perkataan-perkataannya dan perbuatan-perbuatannya merupakan dalil terbesar yang menunjukkan akan pengambilan faedahnya dari bulan Ramadhan dan kecintaannya terhadap ketaatan. Dan ini merupakan alamat diterimanya amal dan tanda-tanda keberuntungan. Dan, amal seorang mukmin itu tidaklah berhenti dengan keluarnya suatu bulan dan masuknya bulan yang lain. Tetapi, hal tersebut terbentang (waktunya) sampai kematian datang. Allah-ÓõÈúÌóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇÚúÈõÏú ÑóÈøóßó ÍóÊøóì íóÃúÊöíóßó ÇáúíóÞöíäõ [ÇáÍÌÑ : 99]


Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu [2]

Maka, sekalipun shalat malam di bulan Ramadhan telah usai, sesungguhnya tahun itu seluruhnya merupakan waktu untuk mengerjakan shalat malam. Sekalipun waktu zakat fithri telah usai, sesungguhnya waktu-waktu untuk menunaikan zakat yang wajib dan sedekah sunnah terbentang sepanjang tahun. Dan, begitu pula membaca al-Qur’an dan mentadabburinya serta semua bentuk amal shaleh diminta untuk dilakukan pada setiap waktu.

Dan sesungguhnya termasuk karunia Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kepada para hamba-Nya adalah banyaknya pintu-pintu ketaatan dan beranekaragamnya jalan-jalan kebaikan. Hal itu agar langgeng kesemangatan seorang muslim dan seorang muslim tetap dalam keadaan melazimi kebaktian terhadap Tuhannya.

Namun, termasuk hal yang patut disayangkan adalah bahwa sebagian manusia mereka beribadah di bulan Ramadhan dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan-ketaatan, mereka menjaga shalat lima waktu dengan mengerjakannya di masjid-masjid, mereka memperbanyak membaca al-Qur’an, bersedekah dengan sebagian harta benda mereka, namun ketika Ramadhan usai mereka mulai bermalas-malasan melakukan ketaatan. Bahkan, boleh jadi ada di antara mereka yang meninggalkan hal-hal yang wajib, seperti shalat berjama’ah secara umum atau shalat Subuh secara khusus, mereka melakukan hal-hal yang diharamkan berupa menyengaja tidur dari shalat dan tetap asyik dengan memainkan alal-alat yang melalaikan dan alat-alat musik. Mereka menggunakan nikmat-nikmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-untuk melakukan kemaksiatan kepada-Nya. Dengan hal itu, mereka telah menghancurkan apa-apa yang telah mereka bangun, mereka menguraikan kembali apa-apa yang telah mereka pintal. Ini merupakan dalil yang menunjukkan terhalanginya mereka (dari kebaikan) dan merupakan pertanda kerugian. Kita memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-keselamatan dan ketetapan.

Sungguh, semisal mereka ini beranggapan bahwa taubat dan berhenti dari berbagai kemaksiatan merupakan perkara yang ada waktunya yaitu di bulan Ramadhan. Berkesudahan waktunya dengan selesainya bulan Ramadhan, dan seakan-akan mereka meninggalkan dosa-dosa itu hanya karena Ramadhan, bukan karena takut terhadap Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Sungguh, seburuk-buruk kaum adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kecuali pada bulan Ramadhan.

Sesungguhnya bimbingan dan pertolongan dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-terhadap hamba-Nya untuk berpuasa Ramadhan dan menyelesaikannya merupakan nikmat yang sangat agung. Hal tersebut selayaknya mendorong seorang hamba untuk bersyukur kepada Rabb-nya dan menyanjung-Nya. Makna ini terisyaratkan dalam firman-Nya,


æóáöÊõßúãöáõæÇ ÇáúÚöÏøóÉó æóáöÊõßóÈøöÑõæÇ Çááøóåó Úóáóì ãóÇ åóÏóÇßõãú æóáóÚóáøóßõãú ÊóÔúßõÑõæäó [ÇáÈÞÑÉ : 185]


Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur [3]

Dan termasuk kesyukuran kepada-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-adalah seorang hamba berpuasa setelahnya dan melakukan amal-amal shaleh. Adapun menyambut dan menghadapi nikmat taufik berpuasa Ramadhan dengan melakukan berbagai kemaksiatan setelahnya, bermalas-malasan mengerjakan shalat berjama’ah, maka hal ini termasuk bentuk dari menukar nikmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan keingkaran, dan barang siapa yang melakukan hal tersebut maka ia berada dalam bahaya yang besar.

Sesungguhnya manhaj (jalan hidup) seorang muslim yang benar adalah ia senantiasa memuji Rabbnya dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat dapat berpuasa dan shalat malam, dan keadaan dirinya pasca Ramadhan hendaknya lebih baik daripada keadaan dirinya sebelum Ramadhan, senantiasa bersemangat untuk melakukan ketaatan, cinta kepada kebaikan, bersegera untuk melakukan kewajiban, mengambil faedah dari madrasah Ramadhan, madrasah yang istimewa, dan ia takut puasanya tidak akan diterima, karena Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.

Sungguh, dulu kalangan Salafush Shalih bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan amal dan melakukannya dengan sebaik-baiknya. Kemudian, setelah itu, mereka sangat memperhatikan perkara diterimanya amal tersebut dan sangat mengkhawatirkan ditolaknya amal tersebut. Dan, di antara ungkapan yang dinukil dari Ali bin Abi Thalib-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-adalah :


ßõæúäõæúÇ áöÞóÈõæúáö ÇáúÚóãóáö ÃóÔóÏøó ÇöåúÊöãóÇãÇð ãöäúßõãú ÈöÇáúÚóãóáó. Ãóáóãú ÊóÓúãóÚõæúÇ Çááåó ÚóÒøó æóÌóáøó íóÞõæúáõ: ÅöäøóãóÇ íóÊóÞóÈøóáõ Çááåõ ãöäó ÇáúãõÊøóÞöíúäó


“Hendaklah kalian lebih perhatian terhadap perkara diterimanya amal daripada perhatian kalian terhadap amal itu sendiri. Belum pernahkah kalian mendengar Allah ÚóÒøó æóÌóáøó berfirman,


ÅöäøóãóÇ íóÊóÞóÈøóáõ Çááøóåõ ãöäó ÇáúãõÊøóÞöíäó [ÇáãÇÆÏÉ : 27]


Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.[4]

Dan dari Aisyah- ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-ia berkata, ‘Aku pernah bertanya kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-tentang ayat ini,


æóÇáøóÐöíäó íõÄúÊõæäó ãóÇ ÂÊóæúÇ æóÞõáõæÈõåõãú æóÌöáóÉñ [ÇáãÄãäæä : 60]


Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut [5]. ‘Aisyah mengatakan, ‘Apakah mereka itu adalah orang-orang yang minum khamer dan mencuri ? Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menjawab, ‘Bukan’, wahai putri ash-Shiddiq. Akan tetapi, mereka itu adalah orang-orang yang mengerjakan puasa, shalat dan bersedekah, sementara mereka dalam keadaan takut amal mereka tidak diterima.


ÃõæáóÆößó ÇáøóÐöíúäó íõÓóÇÑöÚõæúäó Ýöí ÇáúÎóíúÑóÇÊö æóåõãú áóåóÇ ÓóÇÈöÞõæúäó


Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.[6]

Karena itu, maka waspadalah...waspadalah dari berbalik setelah mendapatkan hidayah. Waspadalah dari kebengkokan setelah kelurusan.

Bertakwalah kepada Allah...bertakwalah kepada Allah...dengan melestarikan amal shaleh dan berkesinambungan di dalam melakukan perbuatan baik dan meminta kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-agar khusnul khatimah.

Ya Allah ! Bangunkan kami dari tidur dalam kelalaian, sadarkan kami untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiaknya waktu-waktu yang terbatas, bimbinglah kami untuk melakukan hal-hal yang mengantarkan kami pada kemaslahatan-kemaslahatan hidup kami, jaga dan lindungilah kami dari dosa-dosa kami dan keburukan-keburukan kami, dan bimbinglah seluruh anggota badan kami untuk mentaati-Mu, jadikanlah kami orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan perantara bagi orang lain untuk mendapatkan petunjuk, bukan menjadi orang-orang yang sesat dan bukan pula menjadi perantara orang lain terjatuh kedalam kesesatan.

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Mihammad, berserta segenap keluarga dan para sahabatnya seluruhnya.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Al-Istiqamah ba’da Ramadhan, Abdullah bin Shaleh al-Fauzan-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì -

Catatan :

[1] Shahih Muslim 38

[2] Surat al-Hijr, ayat : 99

[3] Surat al-Baqarah, ayat : 185

[4] Surat al-Maidah, ayat : 27

[5] Surat al-Mukminun, ayat : 60

[6] HR. at-Tirmidzi (9/19) dan sabdanya (ÃæáÆß ÇáÐíä) demikian dalam riwayat at-Tirmidzi, sementara di dalam al-Qur’an (ÃæáÆß íÓÇÑÚæä), dan hadis ini dishahihkan oleh al-Albani (shahih at-Tirmidzi, 3/79, 80)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1069